Sunday, March 13, 2011

Diterjang Banjir, Sawah Terendam, Jembatan Roboh


Jembatan penghubung antar desa di Desa Wates, Kecamatan Slahung nyaris terisolir karena longsor roboh. (foto:frend/jurnalberita)


PONOROGO (jurnalberita.com) - Derasnya hujan yang mengguyur Ponorogo, Kamis (10/3), puluhan hektar sawah di Kecamatan Balong, Kabupaten Pacitan terendam banjir. Tak hanya itu, Sebuah jembatan penghubung antar desa di Desa Wates, Kecamatan Slahung nyaris terisolir. Sebab, jembatan itu menjadi satu-satunya sarana penghubung dengan desa lain dan akses utama menuju jalan raya.


“Ya kan Desa Wates letaknya paling ujung,” kata Priyono, warga setempat, Sabtu (11/3).


Selain karena terjangan arus banjir, robohnya jembatan juga karena tanah longsor. Timbunan material longsor dari bukit didekatnya ikut memperparah kondisi sarana penghubung tersebut.


Bahkan puing-puing jembatan nyaris tak bersisa karena derasnya aliran sungai yang menerjang jembatan. Beberapa kendaraan roda dua maupun roda empat yang biasa lalu lalang akhirnya memutuskan berhenti di sisi jembatan. Bahkan ada yang kemudian berbalik arah. Ambrolnya jembatan penyeberangan ke Desa Pringitan membuat aktifitas

warga terganggu. Mereka yang akan bepergian dari dan akan menuju Desa Wates terpaksa harus menyeberangi ke sungai. Demikian pula bagi warga yang ingin mencapai akses ekonomi untuk menjual hasil pertanian atau belanja kebutuhan. Namun ketika banjir datang lagi, praktis warga terisolir.


Meski jembatan rusak, hal itu tidak menghalangi sejumlah murid-murid Sekolah Dasar (SD) Negeri II Wates untuk belajar. Meski mereka harus berjalan kaki sejauh dua kilometer, tetapi mereka tidak tampak mengeluh. Terlebih sebagian besar murid di sekolah tersebut berasal dari desa tetangga. Hanya saja, agar sepatu dan celana tidak kotor dan basah, para murid-murid itu digendong orang tuanya saat melintas sungai. Pada kondisi normal murid-murid biasanya diantar ke sekolah menggunakan motor atau sepeda.


“Nggak takut (menyeberang, red), digendong bapak,” ujar Indro, murid SD kelas II.


Selama ini wilayah Desa Wates memang rawan bencana. Selain banjir, longsor juga kerap melanda. Sebelumnya, sekitar pertengahan tahun 2010 muncul gerakan dan amblesan tanah di Dusun Bukul. Kala itu kedalamannya mencapai 1 meter. Peristiwa itu membuat tiga rumah warga ambruk dan empat kepala keluarga (KK) lainnya mengungsi dan tinggal

di rumah kerabatnya.


Dari catatan geologi Dinas Pekerjaan Umum (PU) setempat, tujuh wilayah kecamatan dari 21 kecamatan yang ada masuk zona merah. Kecamatan-kecamatan itu diantaranya, Bungkal, Ngebel, Ngrayun, Sambit, Sawo, Slahung dan Soko. Kecamatan Bungkal menjadi daerah dengan jumlah desa masuk kategori rawan terbanyak dengan 10 desa. Diikuti kemudian Kecamatan Slahung (9), Sawo (8), Soko dan Ngrayun masing-masing lima desa, Sambit (3) dan Ngebel (2). (jb15/jb1)