Pemimpin spiritual dari 3.000 warga Muslim di kota yang diguncang gempa itu bekerjasama dengan 'tentara pelajar' non-denominasi ketika operasi bersih-bersih massal dilanjutkan hari Selasa (8/3) kemarin.
El Zeing dan sekitar selusin relawan pelajar meninggalkan Masjid Al Nur Selasa pagi untuk memecahkan gundukan lumpur, dan mudah-mudahan juga menghancurkan penghalang.
Masjid pertama di Selandia Baru itu menerima toleransi tapi dengan Islam yang sering diasosiasikan dengan ekstrimisme dan terorisme, komunitas Muslim di kota itu sering mendapat tatapan penuh curiga.
El Zeing mengatakan kaum Muslim telah menawarkan bantuan kepada tetangga mereka di Deans Ave sesaat setelah gempa tanggal 22 Februari dan sejak itu memandang kelanjutan upaya bantuan mereka sebagai sarana untuk memperoleh penerimaan yang lebih besar.