Sunday, March 13, 2011

KKGO: Olahraga Harusnya Terpisah Dari Diknas

TUBAN (jurnalberita.com) - Ketua Kelompok Kerja Guru Olahraga (KKGO) Kabupaten Tuban, Nur Khamid, meminta bidang Olahraga dijadikan Dinas yang berdiri sendiri. Menurut Nur Khamid, usulan tersebut bertujuan agar olahraga bisa berkembang lebih baik ke depan.


“Selama ini olah raga tidak berkembang karena digabung dengan Dinas Pendidikan. Kalau ingin olahraga di Tuban mau maju, ya harus diberi hak untuk mengurus dirinya sendiri,” kata Nur Khamid kepada jurnalberita.com, Sabtu (12/3).


Lebih lanjut ia mengatakan, sampai saat ini Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) lebih terfokus kepada bidang pendidikan saja, sedang untuk olahraga agak diabaikan. Hal itu terlihat dari struktur kelembagaan Disdikpora.


Alokasi dana yang terbatas, berkibat pembinaan dan pengembangan bidang olahraga tidak bisa maksimal. (ist)


Dalam struktur tersebut, kata Nur Khamid, olahraga hanya menjadi sub bidang, sehingga tidak bisa berbuat banyak lantaran kewenangannya yang sangat terbatas. Selain itu, lanjutnya, dari sisi alokasi dana pun sudah tentu sangat terbatas. Akibatnya pembinaan dan pengembangan bidang olahraga tidak bisa dilakukan maksimal.


Memang saat ini alokasi dana untuk olah raga sudah lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Untuk tahun anggaran 2011, kata Nur Khamid, Pemkab Tuban mengalokasikan dana Rp 1,81 miliar untuk Olahraga. Sedikit meningkat dibanding dana yang dialokasikan pada Tahun Anggaran 2010 sebesar Rp 1,25 Miliar. Tahun-tahun sebelumnya malah hanya dianggarkan sebesar Rp 380 juta.


“Bila dibanding Lamongan dan Bojonegoro, alokasi dana itu masih sangat jauh. Lamongan menganggarkan Rp 10 miliar, sedang Bojonegoro Rp 15 miliar,” tambah Nur Khamid.


Bertambahnya alokasi anggaran tersebut pun, kata Nur Khamid, disebabkan bakal digelarnya event olahraga tahunan level Propinsi Jatim di Tuban, bukan lantaran untuk pengembangan dan pembinaan olahraga secara langsung. Itupun sebagian besar dialokasikan untuk sarana dan prasarana fisik seperti perbaikan gedung olahraga, lapangan, dan perlengkapan lain. Sedangkan untuk pembinaan prestasi olahraga, masing-masing cabang olahraga (Cabor) tetap hanya mendapat jatah Rp 5 juta tiap cabor per tahun.


“Ada 21 cabor yang terdaftar di KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Tuban. Jadi dengan uang pembinaan sebesar itu masing-masing cabor ya harus rela hanya mendapat Rp 5 juta per tahun. Itupun nggak semua cabor dapat,” keluh Nur Khamid.


Ke depan, Nur Khamid berharap, Pemerintahan KH Fathul Huda-Noor Nahar Husain bisa lebih mempedulikan pembinaan dan pengembangan olahraga. Nur Khamid melihat Tuban memiliki potensi besar untuk meraih prestasi dalam olahraga. Terbukti sejumlah atlet Tuban mampu berkibar di pentas olahraga, bukan hanya level nasional, bahkan hingga international. Sebut saja Uyun Mu’ziyah, atlet balap sepeda, kelahiran Kelurahan Sukolilo, Kecamatan Tuban Kota, Maria Kristie, pemain bulu tangkis nasional kelahiran Jatirogo, dan juga Gerry Setia, yang pernah memperkuat tim sepakbola nasional.


Tidak sebatas nama-nama tersebut, kata Nur Khamid. Sejumlah cabor juga terbukti berhasil meraih prestasi. “Cabor renang dan cabor beladiri, misalnya, berkali-kali meraih juara umum Kejuaraan Daerah Jawa Timur (Kejurda Jatim). Makanya, kalau tidak segera diperhatikan, Tuban akan kehabisan atlet karena mereka yang punya prestasi, lebih memilih pindah menjadi warga kabupaten lain karena di Tuban nggak dihargai. Contohnya ya Uyun, Maria dan Gerry itu,” kata Nur Khamid.


Usulan Ketua KKGO tersebut didukung sepenuhnya oleh para atlet dan pembina Olahraga. Nanang (46), salah seorang pembina cabor renang dan Ketua Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Tuban, mengatakan, sangat tepat jika olahraga diberi hak otonomi untuk mengurus rumah tangganya sendiri, tidak sekedar menjadi sub ordinat Dinas lain. Menurut Anang, KONI pun telah lama mendukung usulan ini.


“Pak Lilik (wabub Lilik Soehardjono, red) sebagai Ketua KONI Tuban, sudah mengajukan usulan ini ke Bupati tiga tahun lalu. Tapi buktinya ya nggak ada tanggapan. Olahraga tetap ‘nggamblok’ dinas lain. Setelah dimasukkan Dinas Pariwisata, lalu dititipkan Dinas Pendidikan. Ya mana bisa kami berkembang,” kata Anang. (jb8/jb1)