Wednesday, March 9, 2011

Pemerintah Ingin Kurangi Penyusutan Stok Beras

Jakarta (ANTARA News) – Pemerintah menginginkan mengurangi penyusutan stok beras dari segi distribusi hingga lima persen sebagai upaya menjaga ketahanan pangan nasional dan kemungkinan meningkatnya harga pangan dunia, kata Menteri Pertanian (Mentan) Suswono.


“Karena loss kita masih 10 persen kekurangannya. Kalau ini bisa kita kurangi syukur bisa mencapai lima persen, saya kira pengurangan loss yang kehilangan saja bisa di atas 2 juta ton bisa diselamatkan,” ujarnya seusai rapat koordinasi di Jakarta, Rabu.


Menurut dia, pemerintah dapat menyediakan penampungan beras yang lebih baik bagi para petani, menyiapkan pengeringan gabah yang lebih bermanfaat dan proses penggilingan agar penyusutan tersebut dapat diminimalisir.


“Misalnya, ketika panen cara memanen supaya tidak hilang, ketika menggebok biasanya pada lepas kan. Kalau tidak ada penampungan yang tidak baik kan bisa hilang. Yang kedua, pengeringan. Lalu kemudian pada saat juga ketika di penggilingan rice milling unit nya. Itu bisa jadi loss,” ujarnya.


Ia mengatakan, apabila penyusutan distribusi tersebut tidak terlampaui lima persen dalam tahun ini, diharapkan jumlah yang dapat tercapai adalah sebesar dua persen atau setara dengan 600 ribu ton.


“Mungkin berat, tapi paling tidak dua persenan. Paling tidak kalau dua persen berarti setidak-tidaknya bisa 600 ribu ton setara beras,” ujar Mentan.


Selain itu, pemerintah juga berupaya untuk menurunkan konsumsi beras per kapita sebesar 1,5 persen dan meningkatkan diversifikasi pangan dengan mengembangkan sumber karbohidrat lain selain beras.


“Itu target sasaran yang akan kita capai tapi mindset kita ini untuk mengubah makan non-beras ini tidak gampang. Jadi dengan kesadaran masyarakat berubah, mudah-mudahan akan lebih cepat lagi,” ujarnya.


Pemerintah juga akan meningkatkan dan menjaga produksi beras aram 1-5 persen melalui peran pemerintah daerah dengan target surplus produksi beras sebesar 10 juta ton sampai lima tahun mendatang.


“Produksi kita surplus antara 4 hingga 5 juta ton. Akan tetapi ini surplus memang masih kecil dibanding kebutuhan kita untuk menjaga stabilitas pangan. Presiden sudah memerintahkan lima tahun ke depan surplus ini tidak kurang dari 10 juta ton,” ujar Mentan.


Untuk itu, saat ini sedang dipersiapkan bibit dan benih unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim serta penanganan yang lebih maksimal melalui sekolah pengelolaan tanaman terpadu, sekolah lapangan pengendalian hama terpadu dan sekolah iklim.


Ia juga mengharapkan, implementasi Inpres mengenai bantuan pengolahan lahan dapat segera terealisasi untuk mengganti kegagalan panen hingga 75 persen dengan penyediaan pupuk, benih dan tenaga kerja.


“Kemungkinan moral hazard akan terjadi. Kita akan organisir sampai tingkat kecamatan. Kontrol sangat kuat. Di sana ada pengawas pengendali hama penyakit yang akan mengawal betul-betul, jadi kalau dikatakan puso apabila kegagalannya kerusakannya di atas 75 persen. Yang kita ganti nanti benih dan juga biaya untuk pengolahan supaya petani bisa kerja kembali,” ujarnya.(T. S034/