Monday, March 14, 2011

Alutsista Tua, Indonesia Jadi Sasaran Empuk Musuh

(Foto: Pussenkav)

14 Maret 2011, Bandung -- (okezone): Anggota Komisi I DPR Tri Tamtomo mengakui bahwa alat utama sistem pertahanan (Alutsista) milik TNI Angkatan Darat sudah tua. Bahkan, usia Alutsista kebanyakan di atas 30 tahun.

“Alutsista TNI AD saat ini rata-rata usia pakainya di atas 15 tahun,” ucap Tri, dalam seminar dan workshop pengembangan teknologi ranpur: Gathering of Technology Society di Pussenkav Bandung, Jawa Barat, Senin (14/3/2011).

Terlebih, lanjut Tri, bagi satuan kavaleri TNI AD kini masih menggunakan asset lama. Di antaranya mereka masih memakai Ferret, Sarasin, Saladin, AMX 13/APC-Canon.

“Senjata ini bila dihadapkan pada kondisi geografis Indonesia dan peperangan modern, malah akan menjadi sasaran empuk musuh,” ungkapnya.

Untuk memperbaiki Alutsista dan ranpur TNI, lanjut Tri, industri pertahanan yang ada seperti PT Dirgantara Indonesia dan PT Pindad harus siap diberdayakan.

Kedua industri ini, menurut dia, menjadi bagian dari rencana strategis (Renstra) Kementerian Pertahanan 2010-2025.

“Misalnya PT DI kini sedang menyiapkan pesanan helikopter Puma atau pesawat angkut ringan CN. Ini sedang berjalan, hanya jumlah untuk Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara masih dalam pengerjaan,' ujarnya.

Saat ini, kata dia, pemberdayaan dua industri pertahanan sedang menunggu payung hukum dengan dibentuknya Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP).

“Jika ini sudah berjalan, maka industri pertahanan yang ada akan eksis dan mampu memposisikan dirinya sebagai penyeimbang dan kita terhidar dari ketergantungan,” harapnya.

Pindad: Beli Tank Tanpa Konsep, Percuma

Selama ini Indonesia dinilai cenderung membeli kendaraan tempur (ranpur) tanpa konsep. Seharusnya, ranpur yang dibeli harus memenuhi kondisi dan situasi infrastruktur Indonesia.

“Misalnya pakai tank 50 ton, bagimana dengan jalannya, jembatannya kuat tidak? Itu kan perlu disesuaikan dengan lingkungan kita. Jika tidak, tanknya enggak bisa kemana-mana,” tutur Direktur Utama PT Pindad Adik Sudarsono di sela seminar dan workshop pengembangan teknologi ranpur Gathering of Technology Society di Pussenkav Bandung, Jawa Barat, Senin (14/3/2011).

Adik menegaskan pembelian ranpur yang besar namun tidak bisa digunakan akan percuma. Karena itu melalui seminar hari ini diharapkan ada kesepahaman tentang bagaimana memilih ranpur ideal.

Dia menambahkan, dari seminar ini juga dapat diketahui ranpur atau alat utama sistem pertahanan (Alutsista) seperti apa yang digunakan negara-negara lain, seperti Ukraina, Turki, dan Korea Selatan. Negara-negara tersebut merupakan mitra PT Pindad. “Kami jadi tahu masalah yang paling cocok dengan produk dia,” sebut Adik.

Selain itu, lanjut Adik, konsep kerja sama Pindad dengan negara lain sudah mengalami perubahan.

Jika dulu Pindad hanya mengikuti standard ideal negara lain, kini negara lain yang harus mengikuti standard Pindad. Ini terjadi saat Pindad memproduksi ranpur Anoa.

“Sekarang kita yang di depan, seperti Anoa, pemesan mau mesin apa? Mau mesin dari Mercy, Hyunday, kami bisa tentukan. Pindad juga yang menentukan jenis meriam, file control, suspensi, dan lainnya,” sambung Adik.