
“HRW memperkirakan Tajer adalah pengacara pertama yang ditahan dalam lebih dari satu dasawarsa. Ia dikenal karena membela para tokoh oposisi dan para aktivis manusia yang ditahan dalam operasi-operasi keamanan,” katanya.
Penahanan pemerintah terhadap seorang pengacara terkemuka menunjukkan bahwa Bahrain melakukan pelanggaran lebih buruk terhadap hak asasi manusia,” kata wakil direktur HRW untuk Timur Tengah, Joe Stork dalam sebuah pernyataan.
“Pihak berwenang harus membebaskan Mohammed al Tajer atau mengadili dia sekarang dengan tuduhan pelangaran yang jelas.”
HRW juga mengatakan Dr Sadeq Abdullah, seorang ahli bedah di Rumah Sakit Salmaniya dipanggil ke Kementerian Dalam Negeri pada 14 April tetapi belum pulang ke rumah sampai sekarang. Ia kemudian menelepon istrinya untuk menyatakan ia “baik-baik saja.”
Para anggota keluarga diizinkan mengirimkan obat-obatan kepadanya tetapi mereka maupun pengacaranya tidak diizinkan menemui dia, tambah HRW.
“Abdullah adalah salah seorang dari paling tidak 19 dokter yang ditahan pihak berwenang sejak 17 Maret , sedikitnya delapan dari mereka ditahan dalam pekan lalu, kata HRW.
“Kami sangat prihatin menyangkut kondisi dan keselamatan sejumlah tahanan,” kata Stork. ” Pihak berwenang harus segera memberikan informasi tentang keberadaan semua tahanan yang ditangkap sejak 17 Maret.
Protes-protes yang menyerukan reformasi politik meletus 14 Februari di negara Teluk Persia yang berpenduduk mayoritas Syiah tetapi diperintah kelompok Sunni itu.
Pasukan Teluk yang dipimpin Arab Saudi memasuki negara itu akhir Maret untuk membantu pasukan Bahrain menumpas pemberontakan itu.