Tuesday, December 14, 2010

FENOMENA BMI LESBIAN


Hidup merantau, terpisah dari orang-orang yang di cintai menjadikan kesepian suatu hal yang tak bisa di hindari. Pergaulan yang bebas di dukung situasi kerja yang kurang nyaman terkadang menyebabkan hiburan yang tak terkendali, termasuk menjadi seorang LESBI. Apalagi bagi para ABG (anak baru gede) dunia lesbi hanya sebagai pelarian dari perasaan gelisah atas suatu masalah yang tidak bisa di selesaikan sendiri. Di sinilah peran seorang teman di perlukan.

Berikut beberapa keterangan yang di dapat POSMO Exclusive dalam penyusuranya terhadap BMI-BMI Lesbi.



“Star Ferry” adalah dermaga penyeberangan yang terletak di kota Shim Tha Thui. Di tempat ini juga banyak terdapat BMI yang menikmati waktu liburanya. Letaknya di pinggir perairan berhadapan langsung dengan gedung exhibition pemerintah yang terletak di kota Wan Chai

Tidak jauh dari Star Ferry terdapat suatu building penginapan yang biasa di gunakan oleh BMI untuk melepaskan rindu terhadap pasangan lesbinya. Harga perkamarpun relative murah. Pada hari minggu kamar-kamar ini akan penuh di sewa oleh BMI-BMI tersebut.



Taman Viktori juga tidak lepas dari komunitas BMI-BMI tersebut, mereka akan berjalan hilir mudik berjalan mesra bersama pasanganya, tak malu pula mereka berpelukan, berciuman di depan umum. Mau tidak mau hal ini menjadi pemandangan yang umum pada hari libur.



Ade, 26 (bukan nama sebenarnya) BMI asal Malang, mengaku menjadi tomboy semenjak pertama kali menginjakan kaki di Hongkong. Sebelumnya ia adalah seorang istri yang berbakti pada suami. Tiga tahun perkawinanya yang tak jua mempunyai keturunan, menyebabkan suami kurang perhatian terhadap dirinya, hingga akhirnya suami mengijinkanya pergi bekerja ke Hongkong sementara si suami menikahi wanita lain tanpa menceraikanya. Di Hongkong dia bertemu dengan Eka (27) yang mempunyai masalah hampir sama denganya. Dari persamaan itulah yang kemudian menyebabkan mereka menjadi dekat. Setiap waktu libur selalu di habiskan berdua. Mula-mula mereka berteman secara wajar, lama kelamaan mereka merasa saling membutuhkan, itulah awal akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih.



Teddy (32) BMI asal Jawa Barat, merasa sakit hati terhadap suami yang meninggalkanya dan menikah lagi dengan gadis tetangga desa. Sehingga ia membenci laki-laki dan mulai tertarik pada lawan jenisnya “mending pacaran ma cewek dari pada sama Pakistan atau Nepal malah bisa hamil” celote dari seorang ibu yang sudah beranak dua ini, sambil menghepaskan asap rokok secara tiba-tiba, seolah ingin menghempaskan beban bathin yang di deritanya. Dari penampilanya yang memang mirip laki-laki, putih dan kekar, memudahkan Teddy untuk mendapatkan wanita yang di inginkanya. Seperti seorang playboy, suka berganti pasangan.



Lain lagi cerita Siti (37) BMI asal Kebumen. Kini ia berhasil mengentaskan diri dari kubangan cinta sejenis. Siti menyadari selama menjadi tomboy ia tak bisa menyimpan uangnya, setiap habis gajihan, ia selalu berfoya-foya. Kini ia sadar akan tujuan utamnya kehongkong, ia harus menghidupi anaknya yang semata wayang yang kini sudah di SLTA. Dengan niat yang bulat Siti meninggalkan pasanganya, walau terasa berat, namun kemudian pertemuan jarang di lakukan akhirnya si pasanganyapun mencari pasangan lesbi lain. Siti sempat juga melakukan tukar cincin dengan pasangan lesbinya di sebuah tempat karoke di daerah Causeway bay, bahkan rencana kemudian mereka akan melangsungkan pernikahan di tempat yang sama. Siti mengatakan bahwa di tempat karoke itu biasa sering terjadi acara-acara macam seperti ulang tahun, tukar cinci dan perkawinan sejenis, biaya yang di keluarkan pun cukup mahal.”acara-acara semacam itu biasanya terkoordinir dengan rapi karena umumnya sudah tersedia panitia untuk acara tersebut, dan ini bukan hanya di Causeway Bay saja, di Tai Po juga ada, malahan kalau disana pengantinnya sampai di arak berpakain lengkap seperti pengantin beneran”

Disinggung bagaimana awal mula Siti bisa kembali pada kodratnya karena ia berteman dengan Endang yang selelu menasehatinya.

“saya mula-mula sadar, kok saya tidak punya tabungan, padahal saya bekerja sudah lama, baju-baju bermerek, sepatu mahal, apa yang saya pakai semua barang mahal tapi saya tidak punya uang, kebetulan saya berteman dengan endang dia selalu menasehatiku, mengajaku kesetiap pengajian, dari situ saya mulai menyadarinya, malah kalau mantan pasangan lesbi telpon selalu kena marah endang”, “sebenarnya tidak terlalu berat dan sulit untuk meninggalkan dunia lesbi yang penting di niati dan pasrah sama allah, ingat masa depan, insya allah akan di beri petunjuk” Amin

Siti juga menceritakan keadaan seorang temanya, karena pasangan lesbi berpaling darinya, sebut saja Damar nekad menghubungi seorang paranormal dari sebuah majalah, dengan mahar 5 juta ia berharap pasanganya dapat kembali bersamanya, setelah jampa-jampi yang di rampal saban hari, lengkap dengan kain putih dan satu buah kuncup kembang kantil, hampir satu bulan tidak terjadi apa-apa, baru kemuadian Damar merasa di kibuli oleh si Paranormal. (Asning)