Friday, December 10, 2010

Sex Party Kejutan Untuk Temanku Bagian Satu


Andani Lintra: Kejutan Untuk Teman-temanku – 1


Hari itu adalah hari Minggu sebulan setelah peristiwaku di vila bersama Pak Noto dan Maryo (baca: Akibat Berenang Bugil), selama ini aku belum ke sana lagi akibat kesibukan kuliahku. Hari Minggu itu aku pergi ke sana untuk refreshing seperti biasa karena Seninnya tanggal merah atau libur. Kali ini aku tidak sendiri tapi bersama 2 orang teman cewekku yaitu Herna dan Indah, kami semua adalah teman akrab di kampus, sebenarnya geng kami ini ada 4 orang, satu lagi si Ratna yang hari ini tidak bisa ikut karena ada acara dengan keluarganya.


Kami sama-sama terbuka tentang seks dan sama-sama penggemar seks, Herna dikaruniai tubuh tinggi semampai dengan buah dada yang bulat montok yang membuat pikiran kotor para cowok melayang-layang, beruntunglah mereka karena Herna tidak sulit diajak ‘naik ranjang’ karena dia sudah ketagihan seks sejak SMP. Sedangkan Indah mempunyai wajah yang imut dengan rambut panjang yang indah, bodynya pun tidak kalah dari Herna walaupun payudaranya lebih keLinl, namun dibalik wajah imutnya ternyata Indah termasuk cewek yang lihai memanfaatkan cowok, sudah berkali-kali dia ganti pacar gara-gara sifat materenya. Sedangkan aku sendiri sepertinya kalian sudah tahulah cewek seperti apa aku ini dari cerita-ceritaku dulu.


Baiklah, sekarang kita kembali ke kejadian hari itu yang rencananya mau mengadakan orgy party setelah sekian lama otak kami dijejali bahan-bahan kuliah dan urusan sehari-hari. Waktu itu Herna protes karena aku tidak memperbolehkannya mengajak teman-teman cowok yang biasa diajak, begitu juga Indah yang ikut mendukung Herna karena pacarnya juga tidak boleh diajak.

“Emangnya lu ngundang siapa aja sih Lin, masa si Dhevy aja ga boleh ikutan?” kata Indah.

“Iya nih, emangnya kita mau pesta lesbian apa, wah gua kan cewek normal nih” timpal Herna.

“Udahlah, lu orang tenang aja, cowok-cowoknya nanti nyusul, pokoknya yang kali ini surprise deh! dijamin kalian puas sampe ga bisa bangun lagi deh”.

Aku ingin sedikit membuat kejutan agar acara kali ini lain dari yang lain, karena itulah aku merahasiakan siapa pejantannya yang tidak lain adalah penjaga vilaku dan vila tetanggaku, Pak Noto dan Maryo.


Kemarinnya aku memang sudah mengabari Pak Noto lewat telepon bahwa aku besok akan ke sana dengan teman-temanku yang pernah kujanjikan pada mereka dulu. Pak Noto tentu antusias sekali dengan acara kali ini, kami telah mengatur skenario acaranya agar seru. Beberapa jam kemudian kami sampai di villaku, Pak Noto seperti biasa membukakan pintu garasi, bola matanya melihat jelalatan pada kami terutama Herna yang hari itu pakaiannya seksi berupa sebuah tank top merah berdada rendah dengan rok mini. Dia kusuruh keluar dulu sampai aku memberi syarat padanya, dia menunggunya di villa tetangga yang tidak lain vila yang dijaga si Maryo. Setelah membereskan barang bawaan, kami menyantap makan siang, lalu ngobrol-ngobrol dan istirahat. Indah yang daritadi kelihatan letih terlelap lebih dulu. Kami bangun sore hari sekitar jam 4 sore.


“Eh.. sambil nunggu cowok-cowoknya mendingan kita berenang dulu yuk” ajakku pada mereka.

Aku melepaskan semua bajuku tanpa tersisa dan berjalan ke arah kolam dengan santainya.

“Wei.. gila lo Lin, masa mau berenang ga pake apa-apa gitu, kalo keliatan orang gimana?” tegur Indah.

“Iya Lin, lagian kan kalo si tua Noto itu dateng gimana tuh” sambung Herna.

“Yah kalian, katanya mo party, masa berenang bugil aja ga berani, tenang aja Pak Noto udah gua suruh jangan ke sini sampai kita pulang nanti” bujukku sambil menarik tangan Herna.

Di tepi kolam mereka masih agak ragu melepas pakaiannya, alasannya takut kepergok tetangga, setelah kutantang Herna baru mulai berani melepas satu demi satu yang melekat di tubuhnya, aku membantu Indah yang masih agak malu mempreteli pakaiannya. Akhirnya kami bertiga nyebur ke kolam tanpa memakai apapun.


Perlahan-lahan rasa risih mereka pun mulai berkurang, kami tertawa-tawa, main siram-siraman air, dan balapan renang kesana kemari dengan bebasnya. Mungkin seperti inilah kira-kira gambaran tempat pemandian di istana haremnya para raja. Sesudah agak lama bermain di air aku naik ke atas dan mengelap tubuhku yang basah, lalu membalut tubuhku dengan kimono.

“Lin, sekalian ambilin kita minum yah” pinta Herna.

Akupun berjalan ke dalam dan meminum segelas air.

“Ok, it’s the showtime” gumamku dalam hati, inilah saat yang tepat untuk menjalankan skenario ini. Aku segera menelepon vila sebelah menyuruh Pak Noto dan Maryo segera kesini karena pesta akan segera dimulai.


“Iya neng, kita segera ke sana” sahut Maryo sambil menutup gagang telepon.

Hanya dalam hitungan menit mereka sudah nampak di pekarangan depan vilaku. Aku yang sudah menunggu membukakan pintu untuk mereka.

“Wah udah ga sabaran nih, daritadi cuma ngintipin neng sama temen-temen neng dari loteng” kata Pak Noto.

“Pokoknya yang rambutnya dikunLinr itu buat saya dulu yah neng” ujar Maryo merujuk pada Indah.

“Iya tenang, sabar, Pokoknya semua kebagian, ok” kataku “yang penting sekarang surprise buat mereka dulu”.

Setelah beberapa saat berbicara kasak-kusuk, akhirnya operasipun siap dilaksanakan. Pertama-tama dimulai dari Herna. Aku berjalan ke arah kolam membawakan mereka dua gelas air, disana Indah sedang tiduran di kursi santai tanpa busana, sementara Herna masih berendam di air.


“Ver, lu bisa ke kamar gua sebentar ga, gua mo minta tolong dikit nih” pintaku padanya.

“Lu lap badan dulu gih, gua tunggu di sana”.

Aku masuk ke dalam terlebih dahulu dan duduk di pingir ranjang menunggunya. Di balik pintu itu Pak Noto dan Maryo yang sudah kusuruh bugil telah siap memangsa temanku itu, kemaluan mereka sudah mengeras dan berdiri tegak seperti pedang yang terhunus. Tak lama kemudian Herna memasuki kamarku sambil mengelap rambutnya yang masih basah.

“Kenapa Lin, ada perlu apa emang?” tanyanya.

“Ngga, cuma mau ngasih surprise dikit kok” jawabku dengan menyeringai dan memberi aba-aba pada mereka.

Sebelum Herna sempat membalikkan badan, sepasang lengan hitam sudah memeluknya dari belakang dan tangan yang satunya dengan sigap membekap mulutnya agar tidak berteriak. Herna yang terkejut tentu saja meronta-ronta, namun pemberontakan itu justru makin membakar nafsu kedua orang itu.


Pak Noto dengan gemas meremas payudara kirinya dan memilin-milin putingnya. Si Maryo berhasil menangkap kedua pergelangan kakinya yang menendang-nendang. Dibentangkannya kedua tungkai itu, lalu dia berjongkok dengan wajah tepat di hadapan kemaluan Herna.

“Wah jembutnya lebat juga yah, kaya si neng” komentar Maryo sambil menyentuhkan lidahnya ke liang vagina Herna, diperlakukan seperti itu Herna cuma bisa merem melek dan mengeluarkan desahan tertahan karena bekapan Pak Noto begitu kokoh.

“Hei, jangan rakus dong Tar, dia kan buat Pak Noto, tuh jatahlu masih nunggu di luar sana” kataku padanya.

Mengingat kembali sasarannya semula, Maryo menurunkan kembali kaki Herna dan bergegas menuju ke kolam.

“Jangan terlalu kasar yah ke dia, bisa-bisa pingsan gara-gara lu” godaku.


Setelah Maryo keluar tinggallah kami bertiga di kamarku. Pak Noto langsung menghempaskan dirinya bersama Herna ke ranjang spring bed-ku. Tak berapa lama terdengarlah jeritan Indah dari kolam, aku melihat dari jendela kamarku apa yang terjadi antara mereka. Indah terpelanting dari kursi santai dan berusaha melepaskan diri dari Maryo. Dia berhasil berdiri dan mendapat kesempatan menghindar, tapi kalah cepat dari Maryo, tukang kebun itu berhasil mendekapnya dari belakang lalu mengangkat badannya.

“Jangan.. tolong!” jeritnya sambil meronta-ronta dalam gendongan Maryo.

Maryo dengan santai membawa Indah ke tepi kolam, lalu dilemparnya ke air, setelah itu dia ikutan nyebur. Dia air Indah terus berontak saat Maryo menggerayangi tubuhnya dalam himpitannya. Sekuat apapun Indah tentu saja bukan tandingan Maryo yang sudah kesurupan itu. Perlawanan Indah mengendur setelah Maryo mendesaknya di sudut kolam, riak di kolam juga mulai berkurang. Tidak terlalu jelas detilnya Maryo menggerayangi tubuh Indah, tapi aku dapat melihat Maryo memeluk erat Indah sambil melumat bibirnya.


Kutinggalkan mereka menikmati saat-saat nikmatnya untuk kembali lagi pada situasi di kamarku. Aku lalu menghampiri Pak Noto dan Herna untuk bergabung dalam kenikmatan ini. Sama seperti Indah, Herna juga menjerit-jerit, namun jeritannya juga pelan-pelan berubah menjadi erangan nikmat akibat rangsangan-rangsangan yang dilakukan Pak Noto. Waktu aku menghampiri mereka Pak Noto sedang menjilati paha mulus Herna sambil kedua tangannya masing-masing bergerilya pada payudara dan kemaluan Herna.

“Aduh Lin.. tega-teganya lu nyerahin kita ke orang-orang kaya gini.. ahh!” kata Herna ditengah desahannya.

“Tenang Ver, ini baru namanya surprise, sekali kali coba produk kampung dong” kataku seraya melumat bibirnya.


Aku berpagutan dengan Herna beberapa menit lamanya. Jilatan Pak Noto mulai merambat naik hingga dia melumat dan meremas payudara Herna secara bergantian, sementara tangannya masih saja mengobok-obok vaginanya. Desahan Herna tertahan karena sedang berLinuman denganku, tubuhnya menggeliat-geliat merasakan nikmat yang tiada tara.

“Hhhmmhh.. tetek Neng Herna ini gede juga ya, lebih gede dari punya Neng” kata Pak Noto disela aktivitasnya.

Memang sih diantara kami bereempat, payudara Herna termasuk yang paling montok. Menurut pengakuannya, cowok-cowok yang pernah ML dengannya paling tergila-gila mengeyot benda itu atau mengocok penis mereka diantara himpitannya. Pak Noto pun tidak terkecuali, dia dengan gemas mengemut susunya, seluruh susu kanan Herna ditelan olehnya.


Puas menetek pada Herna, Pak Noto bersiap memasuki vagina Herna dengan penisnya. Kulihat dalam posisinya diantara kedua belah paha Herna dia memegang penisnya untuk diarahkan ke liang itu.

“Ouch.. sakit Ver, duh kasar banget sih babu lu” Herna meringis dan mencengkram lenganku waktu penis super Pak Noto mendorong-dorongkan penisnya dengan bernafsu.

“Tahan Ver, ntar juga lu keenakan kok, pokoknya enjoy aja” kataku sambil meremasi kedua payudaranya yang sudah basah dan merah akibat disedot Pak Noto.

Pak Noto menyodokkan penisnya dengan keras sehingga Herna pun tidak bisa menahan jeritannya, Herna kelihatan mau menangis nampak dari matanya yang sedikit berair.Pak Noto mulai menggarap Herna dengan genjotannya. Aku merasakan tangan Herna menyelinap ke bawah kimonoku menuju selangkangan, eennghh..aku mendesah merasakan jari-jari Herna menggerayangi kemaluanku.


Aku lalu naik ke wajah Herna berhadapan dengan Pak Noto yang sedang menggenjotnya. Herna langsung menjilati kemaluanku dan Pak Noto menarik tali pinggang kimonoku sehingga tubuhku tersingkap. Dengan terus menyodoki Herna, dia meraih payudaraku yang kiri, mula-mula dibelainya dengan lembut tapi lama-lama tangannya semakin keras mencengkramnya sampai aku meringis menahan sakit. Dia juga menyorongkan kepalanya berusaha mencaplok payudara yang satunya. Aku yang mengerti apa maunya segera mencondongkan badanku ke depan sehingga dadaku pun makin membusung indah. Ternyata dia tidak langsung mencaplok payudaraku, tetapi hanya menjulurkan lidahnya untuk menjilati putingku menyebabkan benda itu makin mengeras saja. Aku merasakan sensasi yang luar biasa, geli bercampur nikmat. Sapuan-sapuan lidah Herna pada vaginaku membuat daerah itu semakin becek, bukan cuma itu saja Herna juga mengorek-ngoreknya dengan jarinya.


Ke bagian 2