Singapura (ANTARA News/Xinhua-OANA) – Pemerintah Singapura mencari cara untuk membantu laki-laki dan perempuan lajang agar menemukan pasangan demi mengatasi rendahnya angka kelahiran, tulis harian setempat, Senin.
Banyak warga yang tetap lajang dan mereka yang sudah menikah memilih untuk menunda memiliki anak, tulis harian Straits Times mengutip pernyataan Menteri Pengembangan Masyarakat, Pemuda dan Olahraga Vivian Balakrishnan.
Balakrishnan menyebut isu tersebut menjadi fokus pembicaraan parlemen pekan depan namun dia tidak menjelaskan rincian rencana itu.
“Kita tahu sebagian besar orang ingin untuk menikah. Kami perlu membantu mereka menemukan pasangan yang tepat dan juga mencari kebutuhan lain mereka yang perlu dibantu sehingga mereka dapat berumahtangga lebih awal dan memulai keluarga,” katanya.
Menurut data yang dikeluarkan Januari, tahun lalu angka kelahiran Singapura turun menjadi 1,16.
Balakrishnan mengatakan pasangan yang sudah mernikah rata-rata memiliki dua anak yang disebutnya “sehat”.
“Itu berarti bila satu pasangan menikah, mereka biasanya akan memiliki rata-rata dua anak,” katanya.
Balakrishnan mengatakan pemerintah tidak berencana menawarkan insentif agar pasangan memiliki lebih banyak anak hingga saat ini.
“Paket tersebut hanya diterapkan pada 2008. Resesi juga memberi dampak pada jumlah total kelahiran, kami masih mengevaluasi dampak mengenai tindakan saat ini, sehingga tidak ada pengumuman yang dibuat hingga sekarang,” katanya.
Peningkatan jumlah perempuan lajang terbesar ada pada kelompok usia 25-29 tahun yang bertambah dari 45,5 persen pada 2000 menjadi 62 persen tahun lalu.
Pemerintah Singapura mendirikan Unit Pengembangan Sosial pada 1984 untuk mendorong pernikahan di antara para sarjana lajang dan membentuk Layanan Pengembangan Sosial satu tahun kemudian untuk membantu lajang non-sarjana.
Kedua unit tersebut digabungkan pada 2009 di bawah nama Jaringan Pengembangan Sosial.(*)