Tuesday, April 26, 2011

Peternak Itik Kesulitan Lahan Beternak

4207216p Peternak Itik Kesulitan Lahan Beternak
KOMPAS/SIWI NURBIAJANTI
Peternak itik di Desa Limbangan Wetan, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, mengambil telur yang dihasilkan itik peliharaannya di kandang, Januari lalu. Akibat kondisi cuaca ekstrem, produktivitas itik di wilayah Brebes turun hingga mencapai 30 persen. Hal itu karena itik merupakan hewan yang tidak tahan stres.

TEGAL, KOMPAS.com - Sejumlah peternak itik di Kota Tegal mulai kesulitan mendapatkan lahan untuk tempat memelihara itik. Hal itu karena sebagian besar lahan yang mereka gunakan merupakan lahan sewa.

 Peternak Itik Kesulitan Lahan Beternak

Seiring dengan maraknya pembangunan rumah dan bangunan fisik lainnya, lahan-lahan sewa tersebut saat ini mulai dialihfungsikan untuk pembangunan rumah dan sekolah.

Sentra peternakan itik di Kota Tegal terdapat di Kelurahan Pesurungan Lor, Kecamatan Margadana. Data dari Gabungan Kelompok Tani Ternak Itik Purwadiwangsa, Senin (25/4/2011), jumlah peternak itik di wilayah Pesurungan Lor sekitar 320 orang, dengan populasi sekitar 75.000 itik. Para peternak memelihara itik dengan sistem kandang, di sekitar kawasan pemukiman penduduk, atau di bantaran sungai.

Ketua Gabungan Kelompok Tani Ternak Itik Purwadiwangsa, Rajum mengatakan, sekitar 80 persen peternak di wilayahnya memelihara itik di atas lahan sewa.

Para peternak membayar sewa dengan telur kepada pemilik tanah. Untuk setiap 100 ekor itik yang dipelihara, mereka membayar satu butir telur per hari atau 30 butir telur per bulan.

Saat ini, sebagian peternak risau, karena lahan sewa mereka hendak diambil kembali oleh pemiliknya. Hal itu karena di sekitar lahan tersebut dibangun perguruan tinggi, sehingga warga ingin memanfaatkan tan ah mereka untuk membangun rumah kos.

Peternak yang mendesak untuk segera dipindah sekitar 15 orang. Selain itu, terdapat lebih dari 30 peternak lain yang juga terancam kehilangan lahan sewa, sebagai dampak pembangunan.

"Oleh karena itu, para peternak berharap agar pemerintah membantu mereka mendapatkan lahan baru untuk memelihara itik. Sekarang bingung memikirkan tempat," kata Sanusi (54), perernak itik di Kelurahan Pesurungan Lor.

Selama lima tahun terakhir, ia memelihara 400 ekor itik di atas lahan sewa, dengan membayar 120 butir telur per bulan kepada pemilik tanah. Ia khawatir tidak bisa memelihara itik, apabila tidak bisa segera mendapatkan lahan pengganti. Padahal, beternak itik menjadi sumber penghasilan utama keluarganya.

Produktivitas Turun

Selain terkendala lahan, para peternak juga terkendala cuaca ekstrim, yang berlangsung sekitar setahun terakhir. Menurut Rajum, hujan terus-menerus mengakibatkan produktivitas itik hanya tinggal 50 persen, dari produktivitas normal sekitar 70 persen. Dari 100 ekor itik yang dipelihara, saat ini hanya dihasilkan sekitar 50 butir telur per hari.

Akibatnya, sekitar lima peternak di Pesurungan Lor terpaksa berhenti sementara waktu. Para peternak lainnya masih bertahan, dengan cara mengganti komponen pakan ikan dengan limbah industri pengolahan ikan (kepala dan duri).

Wakil Wali Kota Tegal, Habib Ali Zaenal Abidin saat mengunjungi para peternak itik mengatakan, pemerintah membuat sentra peternakan itik di Pesurungan Lor. Saat ini, sentra tersebut sudah ada, tetapi baru dihuni sekitar 31 peternak, karena sebagian besar lahan masih berupa rawa.

Rencananya, pengurukan tanah dilakukan pada tahun anggaran 2012. Untuk sementara, pemerintah telah berkoordinasi dengan manajemen perguruan tinggi yang membangun gedung di lahan sewa peternak.

Mereka sepakat memberikan bantuan Rp 3 juta kepada setiap peternak yang kehilangan lahan sewa. Uang tersebut diharapkan bisa digunakan untuk mencari lahan pengganti, sebelum sentra itik yang direncanakan pemerintah terbangun.