JAKARTA. Lemahnya daya saing produk rotan lokal di mata internasional membuat nilai ekspor rotan makin menurun. Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Hatta Sinatra mengatakan, industri mebel rotan di Indonesia kalah bersaing dari sisi harga dari produk impor.
Lihat saja, realisasi ekspor mebel rotan di 2004 yang sebesar US$ 336 juta terus menurun hingga di 2010 hanya tinggal US$ 135 juta. “Pasalnya, mebel rotan lokal saat ini sudah tak lagi menjadi tren, sehingga banyak negara pengekspor tidak lagi memesan mebel dari Indonesia,” ujarnya.
Sekjen Asosiasi Pengusaha Rotan Indonesia (APRI) Lisman Sumardjani menambahkan, industri mebel rotan di Indonesia dapat bergairah kembali jika dimulai dari pemerintah Indonesia terlebih dahulu.
“Artinya, kalau pemerintah mengadakan program peningkatan daya saing seharusnya pemerintah mulai memakai produk mebel rotan yang sudah mulai hilang peminatnya. Misalnya, di kantor pemerintahan menggunakan furnitur rotan” tambah Lisman.
Lisman menjelaskan, Indonesia sejatinya memiliki peluang pasar yang cukup besar di sektor mebel rotan, baik di dalam maupun di luar negeri. Namun sayangnya industri furnitur rotan sebagian besar sudah harus gulung tikar lantaran tidak mampu bersaing dengan produk-produk furnitur impor lainnya.
“Untuk meningkatkan daya saing bisa di mulai dengan mempromosikan penggunaan produk furnitur rotan di dalam negeri, serta memperkuat pemasaran di pasar internasional,” kata Lisman.