Sunday, January 16, 2011

Penyelewengan Berbuah Derita


Cerita penyelewengan seornag istri – “Naik ojek di dktmu itu, minta dia antar ke warnet yg biasa. Qt ktm di sana. Jngn tkt, di sn bnyk org.”

Miriani membaca SMS itu di HPnya. Dia takut mengikuti perintah pengirim SMS itu. Tetapi dia takut kalau menolak. Sebab, si pengirim mengancam membongkar penyelewengannya.

Sebetulnya bukan penyelewengan besar. Sebagai sekretaris yayasan pendidikan, dia menjalin kerjasama antara sebuah bank untuk menampung pembayaran SPP siswa. Wajar kalau bank memberinya fee tiap bulan sekian persen dari SPP yang masuk lewat rekening bank itu. Tetapi, salahnya Miriani, dia mengambil fee itu untuknya pribadi. Pihak Yayasan tidak diberitahunya.

Si pengirim SMS ini, entah darimana mendapatkan surat perjanjian kerjasama antara dia pribadi dengan pihak bank. Takut rahasianya kebongkar, Miriani nurut saja waktu lelaki itu meminta sejumlah uang kepadanya. Uang itu akan diantarnya ke tempat mereka janji bertemu, di sebuah warnet…..

Cuma 15 menit perjalanan, tapi Miriani menghabiskan waktu itu dengan menulis SMS di HPnya, memberitahu pemerasnya bahwa dia sudah di atas ojek. Serius betul dia dengan tombol-tombol keypad, sampai tidak menyadari Bang Amir, si tukang ojek, memberi kode kepada mobil APV di belakangnya.

Miriani baru kaget ketika Bang Amir tiba-tiba menghentikan motornya karena APV tadi tiba-tiba nyalip dan berhenti dengan memepetnya. Miriani cepat melompat turun. Apalagi ia melihat seorang lelaki beringas tiba-tiba turun dari APV dan langsung menghampirinya.

“Ayo Bu, ikut mobil. Di warnet terlalu banyak orang,” katanya.

Karena terkejut, perempuan 30-an tahun itu hanya terdiam di tempat. Ia baru sadar ketika pergelangan tangannya disambar dan setengah diseret ke dalam mobil. Miriani meronta, tetapi sia-sia.

Ibu muda itu didorong dengan kasar ke dalam mobil. Tubuhnya yang cenderung kurus terdorong keras ke arah seorang lelaki yang duduk di jok tengah. Miriani menjerit sejadinya saat lelaki itu memeluknya. Miriani berontak lalu beringsut ke dekat jendela. Bulu kuduknya berdiri mengetahui di dalam mobil itu sudah ada 4 lelaki. Dua duduk di jok depan, dua lagi di tengah bersama dirinya.

“Duitnya dibawa Bu ?” kata lelaki yang tadi memeluknya dan kini menepuk paha Miriani.

Miriani menepis tangan lelaki itu. Ia cepat membuka tasnya dan mengeluarkan amplop lalu menyerahkannya ke lelaki itu. Lelaki dengan kumis yang tampak tak terawat itu segera menghitung isinya.

“5 juta fren…… ” katanya kepada kawan-kawannya.

“Sudah, sekarang turunkan saya !” kata perempuan berkulit hitam manis itu dengan ketus.

“Kayaknya 5 juta masih kurang ya teman-teman ?” lelaki itu tiba-tiba berkata.

“Maksud lo apa Dul ?” sahut si beringas yang tadi menyeret Miriani ke mobil. Kening Miriani sendiri berkernyit. Dia menunggu jawaban Dul.

“Maksudnya, kita bisa dapat lebih dari 5 juta dari nyonya cantik ini, Bon !” sahut Dul.

“Nggak…. 5 juta udah cukup. Nggak ada lagi !” sergah Miriani.

“Bukan duit juga nggak apa-apa,” timpal Dul sambil cengengesan. “Ini misalnya….” lanjut Dul.

“Eeeehhh…. apaan ini ??!!!” Miriani memiawik. Matanya melotot, saat Dul dengan lihainya tahu-tahu mencomot payudara kirinya dari luar ******nya. Miriani berkelit, tapi akibatnya payudaranya malah terasa seperti dibetot dan ngilu luar biasa. Dul juga tak melepaskan cengkeramannya pada payudaranya yang tak seberapa besar. Miriani kini mulai merintih kesakitan….

“Aduh…. ampun…. sakit…. lepaskan… kalian mau apa ?… aaakhhh…” Miriani merintih di tengah pekik marah bercampur takutnya.

Perempuan beranak tiga itu bergidik. Si Bon cuma menonton aksi Dul.

“Udahlah Dul, udah tua gitu. Paling memiawnya juga udah lebar. Toketnya juga udah kendor,” kata-kata si sopir cukup melegakan Miriani meski dia risih dengan istilah yang digunakannya.

“Kagak Jing, toketnya biar kecil tapi masih kenyel juga,” sahut Dul sambil terus meremas-remas payudara Miriani. Miriani mulai menangis karena tak bisa melepaskan tangan Dul dari payudaranya. “memiawnya udah lebar apa nggak, kan bisa kita cek dulu…. Kalo udah lebar sih gua juga kagak doyan,” lanjutnya.

Miriani makin ketakutan mendengar kata-kata “cek”. Ia tambah ketakutan ketika Bon berlutut di sisinya. “Bener lo Dul, kita cek dulu memiaw perempuan ini,” katanya, sambil tangannya menangkap payudara kanan Miriani.

Sia-sia Miriani menjerit, meronta, menangkis….. Si Bon yang berbadan besar kini malah menelikung kedua tangannya ke belakang tubuhnya, lalu mengikatnya dengan tali rafia.

“Biar gampang ngeceknya Dul,” kata Bon sambil merebahkan jok yang diduduki Miriani. Kedua tangan kekarnya kini meremas-remas sepasang payudara Miriani yang masih tertutup ****** dan blousenya.

Sementara di depannya, Dul berlutut di antara dua kakinya. Miriani menjerit dengan suara parau ketika lelaki itu memasukkan tangannya ke balik rok panjangnya. Dengan gerakan kilat, lelaki itu berhasil menarik lepas celana panjang Miriani sekaligus celana dalam katunnya yang berwarna putih.

Wajah Miriani yang sawo matang jadi pucat pasi. Ia hampir menangis melihat lelaki itu menggodanya dengan menciumi celana dalamnya.

“memiaw Mbak Miriani harum…. pasti enak ngejilatinnya…” kata lelaki itu sambil menjilati bagian muka celana dalam Miriani.

“Kamu mau cium bau memiawmu sendiri ?” lelaki itu lalu menyodorkan celana dalam Miriani ke wajahnya. Miriani melengos sambil mulai terisak. Namun tiba-tiba lelaki itu dengan kasar menyumpal mulut Miriani dengan celana dalamnya.

Dengan kasar pula, ia menyingkap ****** Miriani, merobek bagian muka blusnya dan mengeluarkan payudara kanan Miriani dari bra-nya.

“Mmmmffff….nnngghhhh…. mmmffff….” Miriani menjerit di balik sumbat mulutnya.

Putingnya dijepit dua jari lelaki itu dengan kuat, ditarik dan diguncang-guncangkan. “Ayo mengerang, merintih…. nangis…. gue pengen denger perempuan kayak lo merintih-rintih….” bentaknya.

“Lo lihat Bon, tetek cewek ini masih lumayan seger kan ?” katanya. Bon manggut-manggut. Dua temannya di depan juga menoleh ke belakang.

Puting Miriani terlihat gepeng ketika lelaki itu menariknya menjauh dan dengan tiba-tiba melepaskannya. Dari kedua mata Miriani mengalir deras air mata.

“Gue mau lihat memiaw lo !” lelaki itu kemudian melucuti rok panjang Miriani. Perempuan priangan itu terisak-isak. Dia begitu shock mendapat serangan tersebut.

Bagian bawah tubuhnya telanjang kini. Kontras dengan kepalanya yang terbungkus ****** panjang.

“Mmmmff… mmffffff….” Miriani mengerang lagi ketika kedua kakinya ditarik berlawanan oleh dua lelaki di sebelahnya. Otomatis, kini selangkangannya terbuka lebar, memperlihatkan vaginanya yang berbulu tipis.

Tanpa ba bi bu, lelaki di depannya langsung menusukkan telunjuk ke liang vagina Miriani. Karuan saja Miriani melotot. Tubuhnya mengejang. Telunjuk yang gemuk itu lumayan menyakiti vaginanya yang kering.

“Lihat fren…. memiawnya masih seger dan rapet kan ?” kata Dul. Semua melihat, bibir vagina Miriani berkemut-kemut seperti menarik telunjuk Dul ke dalam.

Sakit dan terhina, itulah yang dirasakan perempuan dewasa ini. Telunjuk lelaki itu masih berputar-putr di dalam vaginanya. Bon kini malah betul-betul merenggut bra-nya sampai putus. Dia langsung asyik dengan kedua puting Miriani.

Tubuh Miriani bergetar merasakan kedua putingnya diserang Bon. Itu berakibat pada keluarnya secara alami cairan di vaginanya…..Telunjuk Dul di dalam vagina Miriani mulai merasakan keluarnya cairan. Dijelajahinya terus setiap inchi bagian dalam vagina perempuan dewasa itu.

Miriani memejamkan matanya. Nafasnya mulai memburu oleh rangsangan yang tak bisa ditolaknya. Sekali ia memiawik dan matanya melotot saat lelaki yang sedang mempermainkan vaginanya menyusul memasukkan jari tengahnya. Dengan dua jari, digaruknya bagian dalam dinding depan vaginanya. Sementara lelaki yang sedang menetek padanya merasakan putingnya makin mengeras.

Perlahan dua jari itu digerakkan maju mundur di dalam vagina Miriani.

“Aku ingin membuatmu merasakan kenikmatan tiada duanya di dalam memiawmu ini…” katanya sambil mulai menambah laju gerakan tangannya.

Suara kocokan di vagina Miriani mulai keluar. Miriani menggigit bibirnya, berusaha menahan keluarnya rintihan, erangan atau desahan. Miriani tahu, suara itu justru membuat pemerkosanya makin bergairah.

Tetapi, rangsangan di vagina dan kedua putingnya begitu kuat. Miriani menyerah. Perlahan dari bibir tipisnya mulai keluar erangan. Mula-mula seperti erangan kesakitan, tetapi kemudian berubah menjadi rintihan perempuan binal yang tengah menuju puncak kenikmatan….

“Ahh…ah…ah… ounghhh… ahhh…. nnnggg,,,, mmmfff…” erangan Miriani makin membuat lelaki yang mengaduk-aduk vaginanya makin bernafsu. Apalagi kini dua jarinya sudah betul-betul basah oleh cairan dari vagina ibu muda itu.

Pada satu titik, lelaki itu mendorong jauh-jauh kedua jarinya ke vagina Miriani lalu mendiamkannya. Yang terlihat kemudian sungguh luar biasa. Perempuan ber****** itu justru menggoyang-goyangkan pinggulnya sendiri, seperti tengah mengejar puncak kenikmatannya.

“Ayo terus Mbak…. goyang terus….terus….” goda lelaki itu.

Miriani tampaknya tak peduli. Ia pejamkan mata, gigit bibir dan akhirnya memiawik seperti histeris ketika mencapai orgasmenya. Seluruh tubuhnya mengejang.

Tetapi, ia tak bisa sepenuhnya menikmati orgasmenya. Sebab, saat ia memiawik puas, lelaki di depannya dengan kasar mencabuti helai demi helai rambut kemaluannya….

Wajahnya kini merah padam. Di depannya, lelaki yang mengaduk-aduk vaginanya menggoda dengan menjilati kedua jarinya yang berlendir.

“Dasar perek…. diperkosa kok bisa orgasme !” kata lelaki itu.

Nafas Miriani masih tersengal-sengal saat lelaki itu tahu-tahu menyurukkan wajah ke vaginanya. Lalu dengan buas menjilati dan menguyah vagina Miriani…. Miriani terpeki-pekik merasakan liang vaginanya dilebarkan lalu lidah lelaki itu menjulur jauh ke dalam.

“Sebentar lagi yang masuk ke sini adalah tongkol-tongkol,” kata lelaki itu dengan kumis dan jenggot yang belepotan lendir vagina Miriani. Miriani menengok keluar jendela. Mobil sudah berhenti di dalam sebuah ruangan bercahaya remang-remang. Pintu samping mobil terbuka. Miriani tahu, bencana besar bakal menimpa kehormatannya…..

Jing, si sopir, melotot memandangi pangkal paha Miriani yang terkangkang. Vagina perempuan itu tampak mengkilap oleh liur Dul maupun cairan vaginanya sendiri. Miriani mencoba mengatupkan pahanya ketika tangan Jing terulur, tapi Dul dan Bon menahannya.

“Eungghhhhh….” erangan terdengar lagi dari bibirnya yang tersumpal celana dalamnya sendiri. Jing tanpa basa basi menusukkan dua jarinya ke lubang vagina Miriani.

Miriani melengos ketika melihat Jing mengeluarkan telunjuk dari liang vaginanya lalu mengoleskan telunjuknya yang berlendir itu ke kedua putingnya.

“Lumayan…. ayo bawa masuk. Bener kata Dul. kita bisa dapat lebih dari 5 juta,” katanya.

Miriani memaki-maki ketika diseret keluar mobil. Berjuta perasaan mengganggu benaknya. Malu, takut dan marah bercampur jadi satu. Dengan tangan terikat, tubuh telanjang dan ****** di kepala, Miriani yakin empat lelaki ini akan membuatnya lebih terhina lagi. Tetapi, Miriani tidak betul-betul tahu apa yang akan terjadi di balik pintu itu…..