Wednesday, January 19, 2011

Cerita Pemerkosaan - Aku Diperkosa Mantan Muridku Sendiri

Cerita Sex Indonesia - Wajah tampan dan keceriaan anakku sibungsu Ricky yang berumur 3 tahun, selalu menghiasi hari-hari bahagia kami, sepasang suami isteri menjelang usia senja. Anakku yang sulung, Agung, kini kuliah di kota Gudeg. Sedangkan anakku yang nomor dua memilih untuk tinggal bersama kakek dan neneknya di satu kota kecil di Jawa Timur. Usia ku menjelang 45 tahun, sedangkan suamiku, seorang manajer senior di suatu perusahaan, berumur 7 tahun lebih tua dariku. Hanya Rikcky-lah dan seorang pembantu yang menemaniku di rumah manakala suami kerja. Ulah lucu si bungsu memang menjadi penghibur bathinku, namun kadangkala ketika menatap wajah polosnya terlintas kembali ingatanku akan suatu peristiwa paling kelam dalam hidupku yang selama ini ku pendam, bahkan suamikupun tidak mengetahuinya. Begini kisahnya.

Dulu aku adalah seorang guru di sebuah SMA di kawasan Jakarta di mana anakku Agung tercatat sebagai salah satu siswanya. Sebagai remaja yang masih dalam masa pancaroba, ia juga tak beda jauh dengan rekan-rekan sebayanya. Mendengarkan musik keras-keras, bercanda, bergaul, berpetualang, memodifikasi sepeda motornya, dan membentuk kelompok sendiri. Sebagai seorang pendidik yang tahu persis perkembangan psikologis, sejauh ini hal itu kuanggap wajar-wajar saja asal tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang negatif. Aku pun kenal persis teman-teman akrabnya, karena mereka juga murid-muridku dan mereka sering bertandang bahkan menginap di rumahku. Mereka antara lain Roby, Igo, dan Feri. Mereka berasal dari keluarga yang cukup terpandang dan kaya. Selama ini mereka kuanggap baik, meski cenderung kurang sopan dan semau gue. Kadang mereka pun betah berlama-lama ngobrol denganku. Sampai akhirnya peristiwa itu terjadi.

Dalam satu razia aparat di sekolah tempatku mengajar, anankku kedapatan membawa sejumlah pil-pil setan. Bagai disambar petir, peristiwa yang mencoreng nama baikku itu membuatku terkejut, kecewa sekaligus marah. Anakku terpaksa harus berurusan dengan hukum, namun loyalitas pada teman-temannya membuatnya tak mau mengungkap siapa sebenarnya pemilik barang-barang haram itu dan darimana sumbernya. Entah mengapa esoknya para orangtua teman-teman akrab Agung, yaitu Roby, Igo, Feri mendadak mengunjungiku. Kini pahamlah aku, bahwa mereka, teman-teman Agung-lah pemilik benda-benda haram tersebut, dan para orangtuanya mencoba menawarkan uang tutup mulut.Tentu saja hal ini membuatku semakin marah, kutolak tegas permintaan mereka, karena aku tak ingin anakku sendirian menanggung beban. Toh secara materi, aku pun berkecukupan.

Dengan segala daya upaya akhirnya anakku dibebaskan, sementara rekan-rekannya , karena pengaruh dan kekayaan orangtuanya juga akhirnya lolos dari jerat hukum. Namun Agung dan juga rekan-rekannya dikeluarkan dari sekolah. Akupun juga mengundurkan diri karena wibawa dan nama baikku sudah jatuh, meskipun rekan-rekan guru dan Kepala sekolah membujukku untuk tetap mengajar. Tapi apa kata orang, bagaimana mungkin seorang pendidik tak mampu mendidik anak-anaknya sendiri? Beberapa waktu kemudian Agung, dengan diantar suamiku, kupindahkan ke Yogyakarta. Tepat sehari setelah keberangkatan suami dan anakku, sebuah sedan mewah parkir di depan pagar rumahku. Ternyata .tiga rekan. Sore itu aku baru saja pulang dari klub aerobikku.

Mau apa lagi kalian? Masih kurang puas merusak keluarga kami?inikah balasan dari upaya Ibu untuk mencerdaskan kalian?tanyaku ketus dari balik pagar. A..nu, bu Yanthi, ka..kami mau minta maaf , ujar Igo terbata-bata. Bagaimanapun mereka bekas muridku juga, pikirku dalam hati. Baiklah, ayo masuk ke dalam , ujarku luluh dengan itikad baiknya. Pintu pagar berderit ketika kubuka dan mereka pun segera masuk ke ruang tamu. Silahkan duduk, ibu buatkan minuman sebentar , kataku.Mereka duduk dengan rikuh. Beberapa saat kemudian segera kuantarkan minuman dan kuletakan di hadapan mereka masing-masing.
Ayo, silahkan diminum , ujarku seraya mendekatkan cangkir tehku sendiri ke mulutku. ehmm, sendirian aja bu?Agung dan Bapak kemana?, tanya Roby berbasa basi. Agung dan Bapak sedang ke Surabaya, rencananya Agung sekolah di sana , jawabku sengaja salah menyebutkan tempat, takut nantinya mereka dendam. ehmm,..begini bu kami mengaku salah dan mohon maaf ke ibu, gara gara kami keluarga ibu berantakan,..sungguh kami gak nyangka bakal begini jadinya,..ibu juga harus berhenti mengajar.. sambung Igo sementara Feri menunduk sesekali menatap ke arahku. Ya, sudah. Semua sudah ibu maafkan, semuanya sudah terjadi. Sekarang tinggal bagaimana kalian merubahnya , lalu kusambung dengan berbagai petuah dan nasihat.

Tapi lama kelamaan kusadari ada yang aneh dengan tatapan mata mereka yang membuatku risih. Baru kusadari kalau tubuh sebelah atasku masih memakai pakaian senam yang ketat dan masih basah oleh keringat sehingga bh tipis dan kulitku dibaliknya samar-samar terlihat. Buah dadakupun tampak jelas menonjol, apalagi potongan dadanya agak rendah sehingga belahan payudaraku yang dibalut kulit putih terlihat jelas. Sementara anak-anak seusia mereka umumnya masih sangat terobsesi dengan sex , atau kata lain sedang panas-panasnya.

Dan aku sendiri sadar, tanpa bermaksud memuji diriku sendiri, bahwa aku dikaruniai wajah dan tubuh yang ideal kalau tidak dikatakan sexy, meski usiaku sudah kepala empat. Terkadang aku menemukan surat cinta yang ditujukan kepadaku dari murid-muridku yang tentu saja takut menyebutkan nama. Sering pula kupergoki siswaku mencuri-curi melihat ke dalam rokku yang tersingkap tak sengaja manakala aku duduk saat mengajar. Bahkan pernah ada beberapa orang siswa yang mengintipku saat buang hajat di kamar mandi, untungnya mereka tak pernah tertangkap. Igo sendiri, seingatku pernah berpapasan denganku saat aku baru keluar dari kamar mandi belakang dengan hanya berlilitkan handuk, meski sejak itu aku selalu berpakaian lengkap jika mereka menginap dirumahku. Semua kuanggap sebagai fenomena yang amat biasa terjadi dilingkungan sekolah. Berangkat dari pengalamanku sendiri saat seusia mereka. Hanya saja zaman dahulu relatif para pemudanya lebih sopan dan pemalu. Tidak seperti anak-anakmuda zaman sekarang.

Kerikuhanku membuatku beranjak untuk mengganti pakaian, sebentar ya, ibu mau ke belakang dulu , pamitku pada mereka. Selesai mengganti baju senam dan training dengan daster panjang kembali kutemui mereka. , Ayo, diminum lho, kok tidak dihabisin? , pintaku lagi pada mereka dan sebagai pemotivasi akupun ikut minum dengan harapan usai minuman habis mereka akan segera pulang. Namun agaknya mereka masih enggan meninggalkan rumahku.

Cerita Sex Panas - Kembali berbagai nasihat dan basa-basi kusampaikan pada mereka sampai akhirnya kurasakan ada yang aneh dengan tubuhku. Mendadak rasa pusing hebat dan mengantuk berat menyerang kepalaku..lalu..plek aku terkulai antara sadar dan tidak. Sempat kulihat Igomengibas-ngibaskan tangannya di wajahku dan sisanya kurasakan bagai mimpi tubuhku melayang,,,melayang,,lalu mendarat lembut entah dimana. Pandanganku kabur,tetapi samar-samar segera kukenali kalau aku tengah berada dikamarku sendiri. Pada mulanya aku bingung dengan apa yang terjadi, namun melalui pendengaranku yang masih agak jelas muncul
ketakutanku yang amat sangat.

Ayo,..cepat buka bajunya, Fer.. , suara Igo memerintah temannya. Sedetik kemudian kurasakan tanganku ditarik ke atas, lalu baju dasterku lolos melalui kepalaku.Tubuhku bergidik tetapi tak mampu berbuat apa-apa, badanku serasa tak bertulang dan otot-ototku amat lemas, hanya melalui penglihatan dan pendengaranku yang kabur ku ikuti setiap aksi bejat mantan murid-muridku itu. gila, ternyata bodynya masih sexy abis, coba kita lihat tempat darimana Agung lahir , kurasakan celana dalamku dipelorotkan paksa dan setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi, aku tidak sadarkan diri. Baru kira-kira pukul 2 tengah malam aku tersadar. Mula-mula aku masih bingung dengan apa yang terjadi,dan kamar gelap gulita. Kucoba bangkit untuk menyalakan lampu walau dengan keadaan masih sempoyongan dan kepala yang masih pusing. Ketika lampu menyala, aku tersentak kaget mendapati tubuhku yang bugil dan ingin menjerit sekeras-kerasnya, tetapi aku segera menutup mulut, khawatir jika ada tetangga yang mendengar.

Ku lihat sprei yang acak-acakan dan penuh noda cairan yang masih basah. Lalu kulihat tubuhku di cermin, keterkejutanku semakin bertambah mendapati payudara, lengan atas , pangkal paha dan perutku penuh bercak-bercak merah seperti habis dikerok namun kecil-kecil, segera kupahami kalau itu adalah bekas hisapan mulut yang kuat atau cupang. Dan disekitar area itu pula kudapati sisa-sisa cairan yang telah kering berkerak menempel dikulit, termasuk di wajahku. Maka tangiskupun segera pecah menyadari kalau aku telah diperkosa secara bergiliran oleh teman-teman anakku sendiri. Aku terduduk lemas di depan cermin sambil sesenggukan, lama sekali samapi kusadar ada sesuatu yang mengalir keluar dari mulut vaginaku .cairan sperma yang telah bening tanda telah cukup lama bersemayam di dalam liang senggamaku yang juga kurasa amat pegal. Aku tersentak, masih dalam keadaan telanjang, setengah berlari aku menuju kamar mandi membersihkan seluruh tubuhku yang terasa amat kotor.

Hari esok kulalui dengan amat berat karena masih dihantui peristiwa amat memalukan dalam sejarah hidupku. Pikiranku berkecamuk hebat, apakah peristiwa ini kulaporkan pada aparat penegak hukum? apa kata orang nanti? Apa kata suamiku?masihkah ia mencintaiku dengan keadaan diriku? Tapi anak-anak bejat itu harus menerima balasannya ,pikirku lagi. Namun kontradiksi pemikiran silih berganti hinggap dalam benakku. Sampai pada sore harinya kudapati sebuah amplop besar tanpa nama pengirim di halaman rumahku. Entah mengapa jantungku berdegup kencang manakala ku pegang amplop besar berwarna coklat tersebut.

Kubawa masuk ke dalam rumah lalu kubuka. Pertama-tama kuambil sebuah lipatan kertas putih kemudian kubaca tulisan yang tertera di dalamnya, Anak Ibu, dan Ibu sendiri, telah mempermalukan keluarga dan merusak masa depan kami, maka kamipun bisa mempermalukan Ibu dan keluarga Ibu, kalau Ibu ingin melaporkan kami, silahkan. Jika ibu ingin benda di dalam amplop kami sebarkan. Masa depan kami terlanjur hancur, so, kami sudah gak peduli lagi ,.

Dengan panik dan tergesa segera kubuka amplop berwarna biru yang berukuran lebih kecil dari amplop coklat tadi. Isinya cukup tebal, dan nafasku bagai terhenti,..mendapati foto-foto diriku dalam keadaan tanpa tertutup sehelai benangpun,..dan yang paling miris, foto-foto saat tubuhku tengah digarap oleh mereka dalam berbagai pose dan sudut. Pintarnya mereka, semua memakai penutup kepala hingga wajah mereka tak mungkin dikenali. Sebuah cakram VCD juga terdapat di dalamnya. Dengan langkah gontai segera kunyalakan TV berikut VCD player setelah pintu dan Gorden kututup rapat-rapat. Dan terpampanglah semua yang mereka lakukan terhadap diriku. Ternyata mereka telah mempersiapkan segalanya, dari obat bius, kamera dan handycam. Setelah aku tidak sadar, mereka membopongku ke arah kamarku lalu meletakan tubuhku di atas ranjang.
Meski mereka memakai cadar, namun dari segi fisik dan berdasarkan ingatan yang masih tersisa, aku segera mengenali mereka.

Cerita Sex - Fery kemudian meloloskan daster panjangku, sementara Igo kemudian membuka bh lalu celana dalamku, Sedangkan Roby tidak tampak di situ, berarti dialah yang memegang Handycam dan Kamera Digital untuk memotret tubuhku. Dengan jijik,kusaksikan Fery menciumi bibirku dan memera-meras payudaraku. Igo tak kalah atraktifnya, jari jemarinya mengelus-elus vaginaku sambil tertawa-tawa, bulunya tebal juga,ha,..ha..ha ,katanya dan ia kemudian menusuk-nusukan jarinya ke dalam liang senggamaku itu. Semua disyut secara close up. Tampak pula tangan Roby memilin-milin puting payudaraku dimana di saat yang sama Fery mengulum dan menghisap sebelah payudaraku yang lain. Dia pula yang membuat cupang-cupang kecil di sekitar bukit kembarku itu. Kamera lalu beralih ke Igo yang rasanya aku mau muntah ia tengah menjilati selangkanganku dengan rakus sehingga bulu-bulu pubisku berkilat-kilat karena basah , sementara jari-jarinya dengan kurang ajar terus keluar masuk vaginaku dengan kasar.

Dia pula yang bertanggung jawab atas cupang-cupang kecil di sekitar pangkal pahaku yang masih putih mulus itu. Tubuhku bergetar hebat menyaksikan itu semua. Ingin rasanya kumatikan, namun kata hatiku membuatku terus menyaksikan tayangan tidak sopan itu. Dan..kini nafasku terhenti melihat adegan selanjutnya, kulihat Igo membuka pahaku lebar-lebar, lalu tubuhnya yang tinggi kekar merangkak di atas tubuhku. Dan lagi-lagi disyut close up Ia mengarahkan batang penisnya yang menegang besar , jauh lebih besar dibanding milik suamiku, tepat di mulut vaginaku, lalu .seolah-olah aku merasakannya saat ini pada awalnya ia agak kesulitan melakukan penetrasi, namun setelah melumuri senjata tegangnya dengan air liurnya, perlahan batang kemaluannya amblas ditelan lubang senggamaku. Dengan buas ia menaikturunkan pantatnya memasuk keluarkan kontol besarnya dari vaginaku.Terdengar nafasnya yang terengah-engah. Suara berkecipakan sebagai akibat pergesekan dua jenis alat kelamin tersebut juga terdengar jelas.

Gambar diambil dari samping, nampak mataku tepejam dan tanganku terkulai menengadah di sisi kepala dengan pasrah. Air mataku berlinang menyaksikan itu semua. Tetapi ada suatu perasaan aneh yang kucoba kusingkirkan mulai hinggap dalam sanubariku. Aku takut mengakuinya kalau aku mulai terangsang menyaksikan tayangan tersebut. Meski kemudian rasa sakit hati mengalahkannya tetapi hanya sesaat berikutnya..kini kembali perasaan yang betolak belakang berperang dalam bathinku. Yang jelas kini tanganku menyusup ke dalam celana dalamku dan mulai mengelus-elus vaginaku yang telah basah. Tak beberapa lama kemudian, tubuh Igo menegang kemudian memeluku erat-erat sambil setengah berteriak. Pahamlah aku kalau ia tengah mengalami orgasme. Gantian dong, man , ujar Fery sambil mendorong tubuh Igo. Igo beringsut berdiri meninggalkan tubuhku, huuuh, mantaap , katanya seraya mengacungkan jempol kanannya kearah kamera. Kembali tubuhku dimasuki benda asing secara paksa, kali ini Fery yang sama edannya berkelojotan di atas tubuh sexy milikku. Kemaluannya lebih kecil dibanding milik Igo, tapi sama kerasnya.

Cerita Seks - Kusaksikan tubuhku terayun-ayun membuat bukit kembar ukuran 36 c miliku ikut terguncang-guncang hebat. Dan aku benar-benar muntah menyaksikan adegan akhir tayangan jilid 2 tersebut, mana kala Fery menjelang orgasmenya merangkak sambil mengocok penisnya lalu setengah berjongkok ia buka mulutku dan memasukan batang kontolnya ke dalamnya, ia menggerak-gerakan pinggulnya sebentar,lalu serrr serrr .serrr, cairan putih kental muncrat membanjiri rongga mulutku dan sisanya menyiprat di wajahku yang tak tahu apa-apa. Setelah kukeluarkan semua isi perutku dan kubasuh wajahku, kembali kusaksikan adegan berikutnya yang dapat di tebak, kali ini Roby yang beraksi. Igo yang mengambil alih Handycam. Kali ini adegan tak berlangsung lama, mungkin Roby terlalu terangsang karena paling lama melihat tubuhku yang memang menggiurkan atau terlebih dahulu menyaksikan ulah teman-temannya. Ia tumpahkan juga cairan spermanya di dalam vulvaku seperti Igo. Tapi usaikah video rekaman tersebut? Ternyata tidak.

Fery kembali bangkit nafsunya, aku pingin lagi nih, man , katanya kepada Igo. Emang lo aja, gua juga mau, tahu?!ayo cepet! jawab Igo. Tanpa basa-basi Fery dengan tidak membrsihkan sisa sperma rekan-rekannya kembali menyetubuhiku. Dan kurang ajarnya, menjelang orgasme kembali ia merangkak di atas tubuhku, kali ini ia meraup sepasang payudaraku yang memang besar itu lalu menyisipkan kontolnya tepat di antara kedua bukit kembarku yang dirapatkan sedemikian rupa sehingga menjepit penis Fery yang langsung mengayun-ayunkan pinggangnya. Dan kembali cairan putih kental muncrat, kali ini membanjiri belahan dada dan leherku. Joroknya Fery , cairan spremanya di balurkan ke seluruh payudara hingga perutku sehingga kulit putih mulus yang membungkusnya berkilauan di timpa cahaya lampu sorot kamera dan lampu kamar. Bajingan, jorok lu Fer, Igo menggerutu. Setelah Fery beranjak, Igo menarik kedua kakiku kea rah pinggir ranjang hingga kakiku menjuntai ke lantai.
Dengan Posisi setengah berlutut segera ia melakukan penetrasi ke dalam lubang memekku . Mungkin ia khawatir terkena lelehan sperma Fery di atas perutku. wah,..sudah becek abis, tapi masih enak coy, ujarnya seraya menayun-ayunkan pinggulnya depan belakang. Kembali tubuhku berguncang-guncang. Dan beberapa menit kemudian dengan mengangkang berdiri di atas perutku sambil mengocok-ngocok batang kontolnya, Igo menumpahkan air maninya di atas tubuhku yang terlentang mengundang syahwat. Kembali wajah, payudara, dan perutku dibanjiri cairan kenikmatan dari para lelaki bejat itu..lalu..gambar jutaan semut tampil di televise tanda rekaman telah habis. Mata dan pikiranku seolah-olah tak percaya menyaksikan itu semua. Kini perasaan amat takut menyerangku. Bagaimana jika mereka benar-benar melaksanakan ancaman mereka.

Hatiku teramat sakit sehingga kembali ku menangis. Dengan tergesa-gesa segera kusembunyikan foto-foto syur dan keeping VCD tersebut ke balik kasur springbed. Keesokan harinya benda-benda laknat itu kubakar di halaman belakang rumah. 2 hari kemudian suamiku pulang. Dan aku dengan berat hati berpura-pura seolah tidak ada peristiwa apapun yang terjadi, meski suamiku menangkap kalau aku selalu murung, ia mengira hal itu berkaitan dengan peristiwa yang menimpa anakku. Tetapi apakah terror lantas berakhir ?