Tuesday, May 10, 2011

Warga Bangun Huntara Secara Swadaya

1252096p Warga Bangun Huntara Secara Swadaya
K3-11
Suwanti berbenah di hunian barunya

MAGELANG, KOMPAS.Com – Enam keluarga di Dusun Candi, Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, membangun sendiri hunian sementara (huntara). Mereka terpaksa menggunakan uang pribadi masing-masing, karena huntara yang dijanjikan pemerintah tidak kunjung direalisasikan.

 Warga Bangun Huntara Secara Swadaya

Enam keluarga itu membangun huntara sendiri di areal pertanian milik warga sekitar yang disewa Rp 600.000 per tahun.

"Pulang dari pengungsian, huntara dari pemerintah belum tersedia, padahal kami tidak lagi punya tempat bernaung. Rumah kami rusak diterjang banjir lahar dingin. Tidak ada solusi lain kecuali secepat mungkin membangun huntara secara mandiri," ujar salah seorang warga, Agus Sujarwo, Selasa (10/5).

Sebelumnya, 57 keluarga di Dusun Candi mengungsi di Balai Desa Tersangede, Kecamatan Salam, selama tiga bulan. Mereka baru pulang ke rumah sekitar dua minggu lalu.

Sejak Januari lalu, warga Dusun Candi sudah didata dan dijanjikan bahwa seluruh warga nantinya akan dipindahkan, untuk tinggal di huntara di Lapangan Mancasan, Gulon, Kecamatan Salam.

Kini, tiga huntara sudah terbangun dan ditempati. Tiga keluarga yang belum mendapat jatah huntara, untuk sementara waktu menumpang di rumah kerabat dan tetangga.

Suprapti (56), salah seorang warga, mengatakan, baginya tidak ada pilihan lain kecuali membuat huntara karena rumahnya telah hanyut tersapu banjir. "Saya sempat menumpang di rumah kerabat. Namun, jika harus menumpang terlalu lama, saya pun merasa segan dan tidak nyaman," ujarnya.

Sebelumnya, di rumah pribadinya yang kini tinggal tersisa puing-puing, dia tinggal bersama dua anak dan dua cucunya.

Dana yang dibutuhkan untuk membangun satu unit huntara berkisar Rp 2,5-3 juta. Masing-masing keluarga mengumpulkan uang pembangunan huntara dari penghasilannya menambang pasir, ditambah dengan berutang kepada saudara.

Dengan keterbatasan dana, maka huntara yang dibangun warga tersebut masih minim fasilitas. Untuk kebutuhan mandi cuci kakus misalnya, penghuni huntara terpaksa masih menumpang di rumah warga terdekat. Fasilitas dan sarana prasarana dalam huntara seperti kasur, dan kompor diambil dari bantuan dan sebagian lagi dari rumah.

Terkait itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Magelang, Eko Triyono, mengatakan, dari usulan 306 huntara saat ini baru 100 unit huntara yang selesai dibangun di Lapangan Jumoyo.

Lapangan Mancasan direncanakan pula menjadi lokasi pembangunan huntara selanjutnya, namun Eko sendiri belum bisa memastikan kapan huntara di lapangan tersebut siap huni.

"Pembangunan huntara sepenuhnya menjadi tanggungjawab Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dan di luar wewenang kami," ujarnya.