Saturday, November 20, 2010

Impotensi


Pagi ini disebuah koran terbitan lokal saya membaca ada suami yang bunuh diri tanpa alasan yang jelas. Setelah polisi mendalami dengan lebih seksama kasus ini dan menanyakan ke beberapa saksi mata termasuk istri korban maka disimpulkan motif awal dari kasus bunuh diri ini karena si suami merasa minder sama istrinya sebab si suami selalu gagal dalam usaha memuaskan istrinya. Hal ini diperparah dengan ejekan ejekan yang ia terima dari istrinya akibat dari kelainan yang ia derita.

Impotensi atau disfungsi ereksi merupakan salah satu momok yang menakutkan dikalangan pria dewasa. Sudah banyak pria yang menjadi korban iklan obat obatan yang dikatakan mampu meningkatkan potensi pria, tetapi nyatanya tidak sedikit dari mereka yang menjadi lebih parah keadaannya.

Apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan impotensi? Sungguh banyak pengertian yang salah digunakan untuk menjelaskan soal berkurang atau hilangnya fungsi ereksi pada seorang pria. Dulu, istilah impotensi sering dipakai untuk menunjukkan ketidakmampuan seorang pria dalam kehidupan seksualnya. Secara sosio budaya istilah itu mempunyai implikasi yang lebih luas dari sekadar gangguan salah satu fungsi organ tubuh seorang pria, sehingga penderitanya dianggap tidak utuh di mata masyarakat.

Sudah tentu pandangan ini tidak tepat dan juga tidak sehat. Karena itu, para ahli sepakat untuk segera mencari istilah yang lebih tepat dan tidak membuat stigma berlebihan bagi penderita disfungsi seksual. Maka, digunakanlah istilah disfungsi ereksi (DE) untuk menggantikan istilah impotensi. Kesepakatan ini dilandasi perkembangan ilmu pengetahuan yang bisa lebih menjelaskan penyebab organik gangguan seksual pada pria.

Dapat saya simpulkan, pengertian dari DE adalah kegagalan seorang pria dalam memulai atau mempertahankan ereksi sampai batas waktu yang diperlukan oleh kedua pasangan seksual dalam mencapai kepuasan.

Beberapa artikel yang saya baca di internet, hampir sepakat bahwa penyebab DE antara lain : Kelainan pembuluh darah, kelainan persarafan, obat-obatan, kelainan pada penis, masalah psikis yang mempengaruhi gairah seksual.

Penyebab yang bersifat fisik lebih banyak ditemukan pada pria lanjut usia, sedangkan masalah psikis lebih sering terjadi pada pria yang lebih muda. Semakin bertambah umur seorang pria, maka impotensi semakin sering terjadi, meskipun impotensi bukan merupakan bagian dari proses penuaan tetapi merupakan akibat dari penyakit yang sering ditemukan pada usia lanjut. Sekitar 50% pria berusia 65 tahun dan 75% pria berusia 80 tahun mengalami impotensi. Usia juga berpengaruh dalam peningkatan arterosklerosis yang menyebabkan gangguan pengaliran darah ke penis.

Disamping usia, faktor faktor lain yang menjadi biang kerok dari DE antara lain, penggunaan obat obatan (anti hipertensi, anti psikosa, anti depresi, obat penenang, simetidin, litium), penyakit khronis yang kerap menyerang usia lanjut (cedera, diabetes melitus, sklerosis multipel, stroke, penyakit tulang belakang bagian bawah, pembedahan rektum atau prostat), pengaruh alkohol juga tidak bisa diabaikan begitu saja.

Untuk faktor psikis antara lain :depresi, kecemasan, perasaan bersalah, perasaan takut akan keintiman, kebimbangan tentang jenis kelamin.

Untuk menentukan seseorang menderita DE tentu tidak boleh sembarangan, salah salah malah bisa menambah depresi penderita, tetapi para dokter bisa berpatokan pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari adanya perubahan ciri seksual pria, misalnya payudara, testis dan ukuran penis, serta perubahan pada rambut, suara maupun kulit. Untuk mengetahui adanya kelainan pada arteri di panggul dan selangkangan (yang memasok darah ke penis), dilakukan pengukuran tekanan darah di tungkai.

Pemeriksaan penunjang lain diantaranya : pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan gula darah untuk diabetes, pemeriksaan kadar TSH, USG penis.

Secara umum pengobatan DE dibagi menjadi dua yaitu pengobatan dengan tanpa obat dan dengan obat. Tentu saja harus dicari dulu penyebabnya agar bisa diberikan pengobatan yang pas.

Untuk DE karena faktor psikis biasanya tidak memerluka obat tetapi memerlukan latihan latihan. Latihan khusus dilakukan oleh penderita impotensi akibat masalah psikis, yaitu yang disebut Teknik pemusatan sensasi 3 tahap.

Teknik ini mendorong hubungan intim dan kehangatan emosional, yang lebih menitikberatkan kepada membangun sebuah hubungan:
1. Tahap I : bercumbu, pasangan berkonsentrasi untuk menyenangkan satu sama lain tanpa menyentuh daerah kemaluan.
2. Tahap II : pasangan mulai menyentuh daerah kemaluan atau daerah erotis lainnya, tetapi belum melakukan hubungan badan.
3. Tahap III : melakukan hubungan badan.

Masing-masing mencapai kenyamanan pada setiap tahap keintiman sebelum berlanjut ke tahap selanjutnya. Jika teknik tersebut tidak berhasil, mungkin penderita perlu menjalani psikoterapi atau terapi perilaku seksual. Jika penderita mengalami depresi, bisa diberikan obat anti depresi.

Untuk obat DE saat ini sudah banyak beredar di pasaran. Malah para penggiat email sering disuguhi email spam dengan tawaran obat DE.

Salah satunya adalah Sildenafil, Sildenafil adalah obat yang bisa meningkatkanaliran darah ke penis. Obat ini diminum 30-60 menit sebelum melakukan hubungan seksual, hanya efektif jika disertai dengan gairah seksual. Tidak boleh diminum bersamaan dengan nitrat karena bisa menimbulkan efek samping yang serius.

Jika impotensi atau hilangnya gairah seksual terjadi akibat kadar testosteron yang rendah, penderita sebaiknya menjalani terapi sulih hormon. Testosteron disuntikkan setiap minggu atau diberikan dalam bentuk plester. Efek sampingnya adalah pembesaran prostat dan kelebihan sel darah merah yang bisa menyebabkan stroke.

Alat pengikat atau penghisap seringkali digunakan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi, tetapi alat ini tidak boleh digunakan oleh penderita gangguan perdarahan atau penderita yang mengkonsumsi obat antikoagulan.

Alat pengikat (berupa tali atau cincin yang terbuat dari logam, karet atau kulit) dipasang di dasar penis untuk memperlambat aliran darah dari penis.
Alat penghisap (berupa kotak berongga dan pompa) dipasang pada penis. Tekanan hampa udara membantu pengaliran darah ke dalam arteri penis. Ketika penis ereksi, sebuah alat pengikat dipasang untuk mencegah pengaliran darah dari vena. Kombinasi kedua alat tersebut bisa mempertahankan ereksi selama 30 menit. Kadang alat pengikat menyebabkan masalah ketika ejakulasi, terutama jika diikat terlalu ketat. Demi kemanan, sebaiknya setelah 30 menit alat tersebut dilepaskan.
Jika terlalu sering digunakan, alat penghisap bisa menimbulkan memar.

Impotensi juga bisa diobati dengan suntikan obat khusus yang dilakukan sendiri oleh penderita. Obat ini disuntikkan langsung ke dalam jaringan erektil pada penis (korpus kavernosa. Ereksi terjadi dalam waktu 5-10 menit setelah obat disuntikkan dan bisa bertahan selama 60 menit.
Efek sampingnya adalah memar dan sakit. Selain itu, penyuntikkan juga bisa menyebabkan priapisme (ereksi yang menetap dan nyeri).

Jika impotensi tidak memberikan respon terhadap berbagai pengobatan di atas, bisa dilakukan pencangkokan penis atau digunakan prostese (penis buatan). Salah satu alat yang dicangkokkan berupa batang kekar yang dimasukkan ke dalam penis untuk menimbulkan ereksi yang menetap. Alat lainnya berupa balon yang dimasukkan ke dalam penis dan ditiup sebelum penderita melakukan hubungan seksual.

Demikian tulisan saya tentang DE yang saya himpun dari beberapa artikel di internet, semoga bermanfaat…