Tidak bisa dipungkiri, kekuatan Cina sangat mendominasi, bahkan hampir seluruh bidang terjamah. Untuk industtri kita ketahui, Cina sudah begitu mendominasi, dengan produk murah sehingga harga bersaing dan tentu sangat cocok dengan kantong rakyat Indonesia yang sedang banyak mengalami krisis, sehingga mudah diterima. Namun, ternyata sampai urusan pertanianpun, seakan produk Cina tidak memberi kesempatan. Kebetulan saat ini untuk urusan pertanian, Thailand memang cukup bagus sehingga bersama Cina, cabe kedua negara tersebut mulai menyerbu ke Indonesia agar harga cabe kembali stabil.
Editor: Erlangga Djumena
Selasa, 25 Januari 2011 | 08:09 WIB
Dibaca: 24776
Komentar: 28
Josephus PrimusCabai Rawit
JAKARTA, KOMPAS.com — Sudah dua pekan terakhir cabai rawit merah impor dari China dan Thailand menyerbu pasar Jakarta dan sekitarnya. Para pedagang mencampur rawit impor yang harganya lebih murah dengan rawit lokal untuk menekan harga cabai, yang di pasar Depok mencapai Rp 120.000 per kilogram.
Rum (50), Nuryanto (28), Rudy (29), dan Totok (25), pedagang yang ditemui di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (24/1/2011), mengatakan, serbuan rawit impor ke pasar induk sudah berlangsung sejak dua pekan lalu.
Menurut mereka, harga rawit merah dari Thailand yang berukuran kecil Rp 55.000 per kg, sedangkan yang lebih besar Rp 40.000-Rp 45.000 per kg. Para pedagang cabai yang membeli rawit dari para pedagang besar di pasar induk mencampur rawit Thailand dengan rawit merah lokal yang harganya masih Rp 90.000 per kg. Dengan demikian, harga jual rawit merah oplosan di tingkat konsumen bisa ditekan.
Rudy dan Rum mengatakan, konsumen paling menggemari rawit merah lokal. Mereka lebih baik tidak makan rawit kalau rawitnya dari jenis lain, seperti rawit hijau dan rawit putih. Itu sebabnya, sejak harga rawit merah melambung, pasar rawit dari semua jenis melemah.
Untuk membangkitkan pasar rawit, para pedagang menengah dan pengecer kemudian mencampur rawit merah lokal dengan rawit merah Thailand yang berukuran kecil.
”Itu sebabnya, rawit caplak (rawit merah Thailand) yang kecil lebih mahal harganya daripada rawit caplak yang besar. Rawit caplak yang besar tidak bisa disamar dalam rawit merah campuran, sedangkan rawit caplak yang kecil bisa,” ujar Rudy.
Pedagang pengecer, Herianto (42), mengaku menjual rawit merah campuran seharga Rp 85.000 per kg. ”Saat ini jauh lebih menguntungkan berdagang rawit merah campuran,” katanya.
Pedagang cabai di Pasar Cengkareng, Jakarta Barat, Sumiyatun, mengatakan, rawit merah China dijual Rp 60.000 per kg, sedangkan rawit merah lokal dijual Rp 80.000 per kg.
Di Pasar Kramat Jati, rawit hijau dari Wonosobo, Jawa Tengah, dijual Rp 35.000 per kg, sementara rawit putih (rawit berwarna krem kekuningan) dijual Rp 37.000 per kg.
Masih tinggi
Di Depok, kemarin, harga rawit merah mencapai Rp 120.000 per kg. Berdasarkan pengamatanKompas, bentuk rawit merah ini sama dengan rawit merah Thailand dan China. Saat ditanya mengenai kemungkinan ini, para pedagang menjawab tak tahu. Meski demikian, mereka memastikan bahwa rawit merah itu produksi tanaman lokal.
Harga cabai rawit merah di Depok pada tiga hari sebelumnya masih mencapai Rp 90.000 per kg. Para pedagang pengecer tidak tahu apa pemicunya sehingga harga cabai rawit merah kembali melambung.
”Saya terpaksa menjual dengan harga ini karena harga dari bandar Rp 110.000 per kg,” tutur Wiji (38), pedagang bumbu di Pasar Depok Jaya, Kota Depok, Jawa Barat, Senin.
Menurut Wiji, rawit merah yang dia jual itu kualitas super sehingga harganya tinggi. Hal itulah yang membuat Wiji tak berani menjual bahan pokok tersebut dalam jumlah besar. Dalam sehari dia hanya berani menjual 1 kilogram rawit merah.
Hanya berjarak kurang dari 1 kilometer, di Pasar Kemiri Muka, Depok, Senin sore, harga cabai rawit merah Rp 100.000 per kg. Pedagang Pasar Kemiri Muka, Anis (50), yang menjual 3 kg cabai rawit merah, mengaku, cabai yang dia jual dari kemarin belum juga habis.
Anis menjual rawit yang berbeda jenis dengan pedagang lain, tetapi harganya sama dengan harga cabai rawit merah. ”Saya tidak tahu ini cabai dari mana. Saya beli di sini (Pasar Kemiri Muka) dari bandar dan saya jual di sini juga,” kata Anis.
Harga rawit merah lokal di Pasar Cengkareng masih berkisar Rp 80.000 per kg. Adapun cabai merah keriting dijual Rp 50.000 per kg, turun dari semula Rp 58.000 per kg. (NDY/NEL/ART/FRO/PIN/WIN)
Memang kita akui bahwa kita memang mesti obyektif menilainya. Tingginya harga cabe tentu sangat berdampak buruk terhadap kondisi konsumen. Sehingga impor itu masih cukup bisa diterima. Namun, diharapkan agar setiap kebijakan pemerintah tetap berpihak kepada petani. Mengingat bahwa saat nantinya serbuan cabe impor itu setelah harga normal kembali, pemerintah bisa mengurangi impor cabe tersebut dan semua itu lebih tetap memprioritaskan kesejahteraan petani. Pemerintah tetap memberi harga yang pas dan pantas sehingga tetap menguntungkan bagi petani nantinya.