Cerita Seks ini merupakan hal yang baru dalam sebuah pengalaman saya dulu. Kejadian ini saat aku masih muda dan baru saja lulus dari universitas, memang setelah aku selesai kuliah aku ditugaskan di suatu desa diman desa itu memang sangatlah jauh dari kotaku. Orang tuaku sudah berusaha untuk melarang aku tapi karena itu sudah keputusan yang aku ambil jadi aku harus semangt menjalani tugas social dari pekerjaan diriku ini. Kinipun aku masih umur 23 tahun yang merupakan Dokter Muda, dimana gak cowok-cowok banyak yang naksir aku tapi aku belum ingin punya pacar dulu inin cari pengalaman dulu. Oh ya….perkenalkan namaku Meri……aku berbagi cerita tentang cerita seks ku dulu saat pertama kali aku tugas jadi dokter PTT, begini ceritanya…….. sebagaimana dokter muda baru ia harus menjalani masa ptt pada sebuah desa di daerah itu.
Orang tua dan tunangannya keberatan jika Meri melaksanakan ptt di daerah itu, selain jauh dari kotanya dan daerah itu masih terbelakang dan terisolir. Orang tua Meri sangat keberatan dan ia mengupayakan agar Meri ditempatkan pada daerah yang dekat dan tidak terisolir itu. Upaya orang tuanya ini gagal karena telah menjadi keputusan instansi pusat dan tidak dapat di batalkan.
Kekuatiran orang tua dan tunangannya amat beralasan, karena Meri adalah masih muda dan belum mengetahui seluk beluk masyarakat desa itu, diRyanh kerasnya kehidupan di desa yang terkenal dengan kebiasaan masyarakatnya yang primitif itu. Selain itu Meri akan menikah dengan Rudi tunangannya beberapa bulan lagi. Memang Meri dan Rudi telah lama pacaran dan kedua orang tua mereka merestui hubungan mereka.
Meri adalah seorang gadis yang masih berumur 24 tahun merupakan mahasiswa kedokteran yang memiliki kemampuan yang dapat dibanggakan, sehingga tdk heran ia dalam waktu yang singkat telah menamatkan kuliahnya. Selain itu ia berparas cantik, memiliki sosok yang membuat lawan jenisnya ingin mendapatkannya, namun hatinya telah jatuh kepada Rudi yang merupakan pria yang gigih mendapatkannya, hingga ia mau di pertunangkan dengan nya.Rudi adalah seorang pria yang telah memiliki kehidupan yang mapan pada sebuah BUMN di kota itu, selain itu ia anak dari sahabat ayah Meri. Selama mereka pacaran hanya diisi dengan makan malam dan kadang nonton. Mereka berdua tidak pernah melakukan hal yang bertentanggan dengan adat dan agama, sebab masing-masing menyadari suatu saat akan mendapatkannya juga nantinya.
Setelah melalui perjalanan yang melelahkan Meri dengan diantar ayahnya dan Rudi didesa itu. Perjalanan dari kotanya memakan waktu selama 1 mhari perjalanan diRyanh jalan yang amat rusak dan setapak. Didesa itu Meri di sambut oleh perangkat desa itu dan kepala dusun. Dengan sedikit acara, barulah Meri resmi bertugas. Lalu ayahnya dan Rudi pulang ke kota besoknya setelah mewanti-wanti Meri untuk berhati-hati.
Hari pertama ia bertugas Meri dibantu oleh kader kesehatan yang bertugas penunjuk jalan. Meri menempati salah satu rumah milik kepala dusun yang bernama pak Ryan. Pak Ryan amat disegani dan ia termasuk orang kaya didesa itu. Umurnya sekitar 67 tahun dan memiliki 3 orang istri. Pak inipun sering meminjamkan sepeda motornya kepada Meri untuk tugas-tugasnya, kadang-kadang ia sendiri yang memboncengkan Meri saat Meri ingin ke desa sebelah. Bagi Meri keberadaan Pak Ryan ini amat membantunya di saat ia hampir putus asa melihat lingkungan desa yang hanya terdiri dari hutan dan jalan yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor.
Karena sering diantar kedesa desa lainnya, seringkali tanpa disadari oleh Meri telah membuat paka Ryan menaruh rasa ingin memiliki dari diri paka Taba, apalagi jika dalam berboncengan seringkali dada Meri yang montok itu bersentuhan dengan punggung paka Ryan. Sebagai laki-laki normal iapun merasakan ingin yang lebih jauh lagi. Meri merasa ia tak bisa bertugas jika tanpa dibantu pak Ryan.
Suatu hari saat pulang dari desa tetangga, mereka kehujanan dan hari saat itu hujan turun dengan derasnya.Lalu dengan buru-buru pak Ryan mempercepat kendaraannya , secara otomatis Meri memegang pinggang pak Taba dengan erat dan dalam suasana itu pak Ryan dapat merasakan kehangatan dan sentuhan dada Meri dengan nyata. Lalu mereka sampai di kediaman Meri yang merupakan juga rumah milik pak Ryan. Sesampai didalam rumah, Meri masuk kekamar dan mengganti pakaiannya dengan kimono handuk, sedang pak Ryan ia pinjami handuk untuk ganti pakainan yang basah itu.
Saat Meri berganti pakaian tadi pak Ryan mengintipnya dari celah pintu kamar itu. Jakunnya naik turun karena melihat kehalusan dan kemulusan kulit tubuh Meri seluruhnya. Dengan langkah pasti ia duduk di ruang tengah rumah itu karena diluar hari hujan.
“Wah, hujannya deras sekali pak.” kata Meri,
“Bagaimana jika nginap disini saja pak.”
“Ooooo.. terima kasih bu. Kalau hujan reda saya akan pulang…” terang pak Ryan.
“Baiklah pak…” jawab Meri.
Lalu Meri kedapur dan membuatkan kopi untuk pak Ryan.
“Pak, ini kopinya ..”.
“Wah kopi… bisa begadang saya malam ini buk.”
“O.. ya.. pak .. apa perlu saya ganti dengan teh hanagat?” jawab Meri.
“Ohh… nggak usah buk.. ini juga nggak apa.” timpal pak Taba, sambil memandang kearah Meri.
Hingga saat itu hujan belum reda dan paka Ryan terpaksa nginap di rumah itu. Meri terus menemani paka Ryan ngobrol tentang pekerjaan hingga rencana ia akan menikah. Pak Ryan mendengarnya dengan penuh perhatian dan sesekali mencuri pandang dada Meri. Meri tak enak hati jika ia meninggalkan pak Ryan sendirian malam itu karena pak Taba telah banyak membantunya. Sedang matanya mulai ngantuk. Sedang hiburan di rumah itu tidak ada karena tidak adanya jaringan televisi. Melihat Meri yang mulai ngantuk itu lalu pak Ryan menyuruh Meri tidur duluan.
“Bu, tidur aja dulu biar saya diluar sini.”
“Wah saya nggak enak ni pak masa pak Ryan saya tinggal.” Meri memaksakan dirinya untuk terus ngobrol hingga jam menunjukan pukul 9 00 wib yang kalau didesa itu telah larut diRyanh hujan deras.
Dari tadi pak Ryan terus memperhatikan Meri karena suasana malam itu membuatnya ingin mengambil kesempatan terhadap Meri dengan tidak menampakkan keinginannya.
Padahal saat itu tanpa di sadari Meri pak Ryan telah duduk disamping Meri.
“Bu… Meri.., dingin ya buk..” kata pak Ryan.
“Ya pak…,” sahut Meri.. dengan pasti pak Ryan, meraih tangan
Meri…
“Ini buk, saya pegang tangan ibu ya.., biar dinginnya hilang….” bisik Pak Ryan.
Meripun membiarkan pak Ryan meraih tangannya, memang ada hawa hangat yang ia rasakan. Lalu pak Ryan melingkarkan tangannya di bahu Meri dan mengelus balik telinga Meri, padahal itulah daerah sensitif Meri. Kepala Meri lalu rebah di bahu pak Ryan dan seperti sepasang kekasih pak Ryan terus meransang daerah peka di tengkuk dan bahu Meri.
Meripun meresapi usapan dan elusan lembut laki-laki yang seusia dengan ayahnya itu, matanya hanya merem melek. Mungkin karena suasana dan cuaca yang dingin membuat Meri membiarkan tindakan Ryan itu. Pak Ryan lalu berdiri, dan menarik tangan Meri hingga berdiri. Meri menurut, lalu ia tuntun kekamar yang dan menyilahkan Meri berbaring.
“Bu, tampaknya ibu capai.” kata pak Taba.
“Ya pak..” kata Meri.
Pak Ryan keluar kamar dan mengunci pintu rumah itu dan memeriksa jendela, lalu ia masuk kekamar Meri kembali sambil menguncinya dari dalam. Ia sudah tidak sabar ingin menggauli Meri yang telah menjadi obsesinya selama ini malam itu.
Pak Ryan berjalan kearah Meri, yang saat itu duduk ditepian ranjang.
“Pak.. koq di kunci?” tanya Meri.
“Biasalah bu, jika malam hujan begini kan biar hawa dingin nggak masuk…” timpal pak Taba.
“Bagaimana bu apa masih Dingin?” tanyanya.
“Iya pak…” angguk Meri.
“Baiklah buk bagaimana jika saya pijitin kepala ibu itu biar segar.” kata pak Ryan
“Silahkan pak…” jawab Meri.
Lalu Meri duduk membelakangi pak Ryan dan pak Ryanpun naik ke ranjang itu dengan memijit kepala dan tengkuk Meri. Padahal yang dilakukannya adalah meransang Meri kembali untuk bisa mengusainya. Sebagai laki-laki berpengalaman tidaklah susah bagi Pak Taba untuk menaklukkan Meri, yang ia tahu belum begitu tau tentang dunia sex dan laki-laki.
Dengan gerakan lembut dan pasti usapan tangannya mulai dari tengkuk hingga balik telinga Meri.
Meri … menutup matanya menikmati setiap gerakan tangan pak Ryan. Dari dekat pak Ryan dapat merasakan dan menikmati kehalusan kulit Meri. Beberapa saat lamanya pijitan Ryan itu telah turun ke punggung dan diluar kesadaran Meri kimononya telah turun dari bahunya dan yang tinggal hanya Bh yang menutup payudaranya. Bh itupun dengan kelincahan tangan pak Ryan jatuh dan sempat dilihat pak taba bernomor 34b. Masih dari belakang gerakan tangan pak taba lalu meremas payudara Meri. Meri sadar dan menahan gerakan tangan Pak Ryan..
“Sudah pak…, jangan lagi pak…” sambil memakai kimononya kembali sedang bhnya telah terjatuh.
Pak Ryan kaget dan ia memandang mata Meri, ada nafsu tertahan, namun ia harus mulai memasang strategi agar Meri, kembali bisa ia kuasai.
“Maaf bu.., kalau tadi saya lancang.” kata pak Ryan.
Meri diam saja. Sedang saat itu pak Ryan hanya selangkah lagi bisa mengusai Meri. Lalu pak Taba berjalan keluar dan ia tinggalkan Meri. Kemudian ia balik lagi kekamar itu, dan duduk disamping Meri, pakaian Meri saat itu acak-acakan.
“Bu…, apa ibu marah?” tanaynya.
“Tidak pak tapi sayalah yang salah. Padahal selama saya pacaran dan tunangan belum pernah seperti ini.” terang Meri.
Pak Ryan manggut-manggut mendengar perkataan Meri.
Cuaca malam itu tetap hujan deras dan dingin udara terus menusuk tulang, pak Ryan mengerti jika Meri khawatir sebab ia masih perawan, namun tekadnya sudah bulat bahwa malam itu Meri harus bisa ia gauli.
Dalam kebiusan sikap Meri saat itu, pak Ryan kembali meraih tangan Meri dan menciumnya, Meri diam membisu, lalu pak Ryan memeluk Meri dan tidak ada penolakan dari Meri, Rupanya Meri saat tadi telah bangkit birahinya namun karena ingat akan statusnya maka ia menolak pak Ryan. Dijari Meri memang melingkar cincin tunangan dan pak Ryan tidak memperdulikannya.
Dengan kelihaiannya, kembali Meri larut dalam pelukan dan alunan nafsu yang di pancarkan laki-laki desa itu. Sekali sentak maka terbukalah kimono Meri, hingga terbuka seluruh kulit tubuhnya yang mulus itu, tanpa bisa ditolak Meri.Dengan penuh nafsu pak Ryan memilin dan membelai dada putih itu hingga memerah dan dengan mulutnya ia gigit putingnya. Keringat telah membasahi tubuh Meri dan membuatnya pasrah kepada pak Ryan.
Sebelah tangan Ryan turun dan merongoh cd Meri dan memasuki lobang itu yang telah basah. Lalu ia buka dan tubuh Meri ia baringkan. Ia amat bernafsu sekali melihat belahan vagina Meri yang tertutup oleh sedikit bulu halus.
Pak Ryanpun lalu membuka baju dan cdnya, hingga mereka sama-sama bugil diatas ranjang itu. Penis Ryan amat panjang dan besar. Meri saat itu tidak tahu apa-apa lagi.
Pak Ryanpun lalu membuka kedua kaki Meri dan mengarahkan penisnya kebelahan vagina Meri.
Beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati ia angkat kedua kaki Meri yang panjang itu kebahunya, dan barulah ia bisa memasukan kepala penisnya.
“Aduhhhhhh pak.. aughhhhghhhhh… ghhh… sakit pak…” jerit Meri. Pak Ryan lalu menarik penisnya kembali. Lalu dengan mulutnya ia beri air ludah ke pinggiran lobang vagina itu biar lancar. Kemudian ia ulangi memasukan penisnya. Dengan hati2 ia dorong masuk dan kepala penis masuk…
“Auuuuuggggkkkk…” jerit Meri.
“Sebentar bu…” kata Pak Ryan.
“Nanti juga hilang sakitnya buk…” terangnya lagi.
Sekali hentak maka seluruh penisnya masuk dan ia maju mundurkan. Padahal saat itu Meri merasa dilolosi tulangnya. ia gigit bibir bawahnya menahan rasa nyilu dan sakit saat penetrasi tadi.Pak Ryan telah berhasil merobek selaput dara Meri, hingga kelihatan tetesan darah di paha mulus Meri saat itu dan membasahi sprey yang kusut.
Tangan pak Ryanpun terus memilin payudara Meri dan kembali menahan pinggul Meri. Lebih kurang 20 menit ia maju mundurkan penisnya kedalam vagina Meri sedang Meri telah 2 kali orgasme, barulah ia muntahkan spermanya didalam rahim Meri. lalu ia tetap diam diatas tubuh Meri. Terlihat ketika itu, tubuh putih mulus Meri berada dibawah tubuh pak Ryan yang masih membelai dada dan menjilat bibir dan lidah Meri. Kedua tubuh manusia itu penuh keringat. Di sudut mata Meri ada air mata karena keperawanannya telah hilang bukan karena tunangannya tapi oleh laki-laki tua itu.
Ia tidak punya pilihan lain karena telah terlanjur di setubuhi Pak Ryan. Hingga menjelang pagi pak Ryan kembali mengulang permainan sex itu dengan Meri, hingga Meri merasakan kenikmatan dan mengetahui rahasia dalam permaianan dewasa. Rudi tidak ia inagt lagi dan saat itu ia terbelenggu oleh gairah dan nafsu yang di berikan pak Ryan.
Sejak saat itu, hub kedua insan yang berbeda umur sangat jauh itu terus berlangsung di rumah itu , kadang-kadang di gubuk milik pak Ryan di tengah hutan daerah itu. Meri merasa heran karena laki-laki seumur pak Ryan masih memiliki stamina yang prima dalam berhubungan. Tidak heran jika pak Ryan memiliki 3 orang istri dan memiliki 3 orang anak yang telah dewasa.
Ryanpun bermaksud untuk menjadikan Meri istrinya yang ke 4 karena ia amat bangga bisa memerawani seorang Dokter dari kota dan cantik. Untuk itulah ia terus berusaha menyetubuhi Meri hingga bisa hamil oleh bibitnya. Meripun sulit melepaskan diri dari pak Ryan. Ia sedang berpikir untuk membatalkan pertunangan dengan Rudi, karena bagaimanapun ia sudah tidak perawan lagi.
Tunggu Cerita yang lebih seru lagi di cerita seks dan cerita bugil.