Friday, December 3, 2010

Penyerbuan Siti di Temanggung

Sabtu, 01 Agustus 2009, satu minggu sebelum terjadi penyergapan sarang teroris di daerah Temanggung, Jawa Tengah, oleh Densus 88 Anti Teror.

Jam menunjukkan pukul 13.00, Temanggung meskipun saat itu siang hari tapi karena daerah pegunungan udara terasa dingin dan sejuk.

Aku akan segera kembali ke Semarang setelah satu minggu ada tugas dinas di daerah Temanggung dalam rangka promosi produk dari perusahaan farmasi tempatku bekerja.

Dengan posisi menungging dihadapanku, seorang wanita usia 29 tahun tingginya kurang lebih 160cm berat badan tidak lebih dari 45kg, dengan kancing baju terbuka dan BH warna merah membungkus payudaranya yang berukuran 32, mengenakan Boy Shorts juga warna merah membungkus pantatnya yang padat berisi menutup seluruh pinggul dan sebagian perut, terlihat pantatnya lebih menyenangkan, nyaman, dan berkesan sporty.

Wanita ini terkesan mengidentifikasikan dirinya yang easy going dan down to earth.

Pantatnya bergerak gerak mengikuti gerakan mulutnya yang tengah sibuk mengoral penis Aris temanku yang berada didepan wajahnya.

Sedangkan kedua tangannya sibuk memegang dua penis milik Wawan dan Andi yang berada disamping kanan dan kirinya.
Dengan perlahan aku perhatikan adegan ini dari belakang.

Tangan Aris mulai meraih kepala Siti, nama wanita tadi dengan maksud untuk menahan gerakan gerakan mulutnya yang serasa sangat nikmat mengulum penisnya.

Sedangkan tangan Wawan dan Andi mulai sibuk mencari payudara Siti yang tergantung didadanya.

Dari belakang aku coba membantu melepas baju yang dipakai Siti dan dengan perlahan aku mengelus bagian punggungnya yang kini terpampang, mulai dari pangkal leher dengan perlahan tanganku menjalar ke bagian pundak, pangkal ketiak terus kebagian pinggang, sekitar 5 menit aku melakukan itu dan kini aku mulai meraih pengait BH yang dikenakan Siti dan dengan sekali tarik terlepas BH yang dipakainya dan kini pelan-pelan Bhnya aku lepaskan dari tangan Siti yang agak menghalangi saat kami berempat mulai menyaksikan tubuh Siti yang setengah telanjang.

Dan kesempatan ini tidak kami sia-siakan untuk menjamah payudara Siti yang kini tergantung bebas tanpa penutup dada tergantung bebas dengan posisi Siti yang kini merangkak dengan mulut bergantian mengulum 3 penis yang mengelilinginya, depan kanan dan kiri.

Sementara tangan Aris, Andi dan Wawan sibuk menggerayangi payudara Siti, tanganku dengan perlahan mulai menarik kebawah Boy Shorts yang dikenakan Siti, pelan tapi pasti Boy Shorts yang dikenakan Siti kini sudah setengah turun dan menutupi sebagaian pantatnya yang padat berisi.

Sementara aku biarkan dulu dalam keadaan seperti ini, tanganku ingin merasakan kelembutan pantat Siti, demikian juga tangan Andi dan Wawan yang bisa meraih pantat Siti, sementara tangan mereka berdua yang lain masih sibuk meremas remas payudara Siti.

Dan seperti sangat menikmati tangan- tangan kami, Siti sesekali merintih kenikmatan.

Puas dengan itu, aku lagi menurunkan Boy Shorts yang tadi masih setengah tiang di pantat Siti, perlahan kini Boy Shorts itu turun dikakinya dan dengan tarikan lembut kini Boy Shorts itu sudah terlepas dari kaki Siti.

Dan sekarang dia dengan merangkak dan tubuh telanjang dikelilingi kami berempat yang sudah dengan penis tegak berdiri mengelilinginya.

Agar lebih jelas melihat apa yang tersembunyi di balik pangkal pahanya, tanganku dengan pelan melebarkan kaki Siti yang merangkak dan terlihat makin jelas belahan vaginanya yang terselip tanpa rambut kemaluan tersembunyi diantara pahanya yang putih mulus.

Dan ini mengingatkannku kejadian lebih kurang 10 tahun lalu tepatnya dimalam tahun baru 1999, dimana waktu itu untuk pertama kalinya aku merasakan tubuh Siti yang digilir oleh 6 orang.

Dalam keadaan setengah mabuk saat itu Siti secara ramai-ramai kami telanjangi dan untuk pertama kalinya waktu itu aku melihat vagina Siti juga tanpa rambut kemaluan yang sering dia cukur.

Vagina itu terlihat sangat mempesona tanpa rambut kemaluan dan lebih terlihat gempal berisi serta terlihat jelas belahannya.

Dan sekarang, vagina Siti masih juga seperti yang dulu tanpa rambut kemaluan.

Untuk lebih jelas melihat belahannya, aku jongkok dan dengan 2 tangan aku meraih sela sela vagina Siti, dengan jari-jariku aku coba menguak dan membelah vagina Siti yang terasa mulai lembab oleh cairan yang keluar dari vaginanya.

Aku coba meraih tas yang ada disebelahku, aku mencari sesuatu yang tersimpan didalam tas.

Akhirnya aku temukan, botol kecil dengan ukuran tidak lebih dari 30ml, berupa lotion.

Aku tuangkan diujung jariku dan secara perlahan aku usapkan di bibir vagina Siti.

Seperti merasakan suatu benda yang sangat licin jariku mengusap bibir kenikmatan itu.

Dua tiga kali aku oleskan lagi lotion tadi dan semakin membuat vagina Siti terasa basah dan terdengar Siti merintih-rintih menikmati usapan jariku.

Konsentrasinya mulai terpecah antara mengulum dan memegang penis ketiga temanku yang mengelilinginya dengan sesekali Siti menoleh kebelakang ingin mengetahui apa yang aku lakukan terhadap vaginanya yang dia rasakan hangat dan semakin membuat vaginanya semakin basah dengan cairan yang keluar.

Siti semakin mengerang dan merintih.

Kami berempat masih mengelilingi tubuh Siti yang telanjang di ruang tengah rumahnya.

Kami berempat masih mengenakan pakaian lengkap hanya penis kami yang sudah kami keluarkan untuk dinikmati oleh Siti.

Rumah di daerah pedesaan dan berada jauh antar tetangga, membuat kami leluasa hari itu untuk menikmati tubuh Siti seorang anak Kepala Desa yang juga seorang guru ngaji di madrasah di desa itu, yang secara kebetulan bertemu saat kami melakukan promosi di instansi pemerintahan tempat dia bekerja saat ini.

Pertemuan yang sudah cukup lama lebih dari 10 tahun.

Dan sempat ragu saat awal melihatnya.

Tapi setelah beberapa hari bertemu dan berbicara akhirnya apa yang terjadi lebih dari 10 tahun lalu kini terulang lagi.

Hanya sekarang Siti mau melakukannya secara sadar, sudah lebih dari 6 bulan dia ditinggal sendiri dirumah ke Irian oleh suaminya yang bekerja sebagai seorang arsitek pada salah satu perusahaan kontaktor.

Udara semakin terasa dingin bagi kami karena Semarang tempat kota kami berempat adalah kota dengan cuaca yang panas.

Kami berempat masih menggerayangi tubuh Siti yang merangkak dalam keadaan telanjang bulat dan kami sengaja tidak ingin buru-buru, kami berempat ingin puas dulu menjamah tubuh telanjang Siti dan ingin menyaksikan Siti puas tanpa terlebih dulu merasakan penis kami.

Jari jari kami secara bergantian mengusap dan memasuki lubang vagina Siti yang mulai basah, dengan perlahan dan sesekali terdengar Siti menahan suaranya ketika jari jari kami memasuki lubang vaginanya dan dengan perlahan juga jari kami keluar masuk dalam lubang yang basah itu.

Sesekali masing-masing satu jari kami secara bersamaan masuk kedalam lubang vagina Siti yang membuat Siti memekik pelan.

Dan disaat jari kami sendiri didalam lubang vaginanya, kami manfaatkan untuk mengorek dinding dalam vagina Siti, seperti mencari dan ingin menyentuh seluruh dinding dalam vagina itu.

Jari kami pun mulai basah dengan cairan yang keluar dari vagina Siti.

Cairan dengan bau yang sangat khas dari sebuah vagina seorang wanita yang terangsang.

Kini kami berempat menghadapkan Siti kearah pandangan diluar rumah dan masih dalam posisi merangkak sedangkan kami berempat berada dibelakangnya.

Terlihat sangat indah pemandangan diluar dengan hamparan sawah dengan tanaman padi yang mulai berisi serta ditambah dengan pemandangan seorang wanita telanjang dihadapan kami yang dengan posisi merangkak, pantat padat berisi dengan kulit kuning mulus serta belahan vagina tanpa rambut kemaluan di sela kakinya yang merah merekah.

Wawan berjalan mengambil tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam, sebuah kondom silikon berduri mutiara warna putih berukuran panjang kurang lebih 15cm dengan tebal kurang lebih 0,5 cm.

Sambil meraih sebuah pisang yang disajikan Siti untuk menjamu kami di meja tamu Wawan memasangkan kondom silikon berduri mutiara tadi.

Dengan perlahan kondom duri mutiara tadi kami sentuhkan kedinding luar vagina Siti yang sudah basah kuyup oleh cairan, terlihat raut wajah Siti yang meringis menahan rasa geli karena kondom duri mutiara tadi menggelitik dinding vaginanya.

Dan suara Siti semakin mengerang menahan kenikmatan ketika pisang yang terbungkus kondom duri mutiara tadi secara perlahan kami masukkan kedalam vaginanya.

Dengan gerakkan keluar masuk dan memutar didalam vaginanya, kami berempat melihat dan mendengar Siti mengerang kenikmatan.

Akhirnya Siti kami papah untuk coba berdiri.

Andi berada dibelakang Siti sedangkan Wawan dan Aris berada dikanan kiri, tangan tangan mereka bertiga pun sibuk meremas payudara dan merayap disemua bagian tubuh Siti yang telanjang.

Aku berjongkok didepan selakangan Siti yang terbuka lebar dengan kaki mengangkang.

Perlahan aku masukkan lagi pisang terbungkus kondom berduri mutiara tadi.

Dalam posisi berdiri telanjang bulat kini Siti merasakan bagaimana tubuhnya dijadikan pemuas fantasi kami berempat dengan menggunakan pisang yang tadinya dia suguhkan untuk kami yang bertamu ke rumahnya.

Dan dengan keadaan seperti itu secara bergantian kami berganti posisi untuk membuat Siti terangsang.

Sesekali kami mempermainkan putting payudara Siti yang kecil dan mengulum serta menggigitnya secara bergantian.

Erangan Sitipun semakin bertambah liar dan seperti tidak tertahan lagi, sesekali Siti mengejangkan kakinya karena vaginanya menyemburkan cairan kenikmatan dan sesekali tubuh Siti merosot tidak kuat menahan tubuhnya yang lemas.

Tapi kami tetap mempertahankan Siti dalam posisi berdiri.

Hal itu terus kami lakukan sampai berkali kali Siti berteriak kepayahan menahan rangsangan yang luar biasa dia rasakan.

Akhirnya Siti kami dudukkan di sofa dengan posisi kaki tetap mengangkang dan terlihat vaginanya semakin memerah dan semakin basah tampak wajah kelelahan tapi seperti tidak ingin menyudahi apa yang sudah dirasakannya.

Vagina Siti semakin terbuka dan terlihat jelas klitoris yang sudah mulai tersembul keluar diantara bibir vaginanya.

Klitoris yang ingin disentuh untuk dirangsang.

Kami berempat pun tidak menyiakan kesempatan yang juga diinginkan Siti.

Klitoris itu ramai ramai kami sentuh, dengan jari, dengan mulut kami, dengan bibir kami secara bergantian.

Lidah kami pun meluncur bergantian kedalam vagina Siti.

Bau khas yang keluar dari dalam vagina Siti makin terasa.

Disaat salah satu dari kami merangsang vagina Siti, yang lain menghisap payudara Siti dan melumat bibir Siti.

Hal itu semakin membuat Siti kepayahan melayani fantasi kami berempat.

Kami senang melihat Siti dalam keadaan seperti itu.

Tapi Siti tidak ingin menyerah.

Dia ingin terus merasakan rangsangan dan kepuasan.

Dan sekarang gantian Andi mengeluarkan penis silikon dengan panjang 25 cm, diameter 11 cm dan memakai 4 buah baterai AA yg bisa bergetar dan berputar yang memiliki 3 cabang, bagian atas berfungsi untuk menstimulasi klitoris atau bagian luar luar vagina Siti, bagian tengah untuk stimulasi vagina atau g-spot Siti dan bagian bawah vibrator untuk stimulasi anus Siti atau anal.

Penis silikon tadi getaran dan putaran bisa disesuaikan dengan remote.

Kami lihat vagina Siti telah semakin terbuka dan pelan-pelan kami masukkan kepala penis silikon tadi yang mulai berputar-putar di mulut vagina Siti.

Mata Siti terpejam dan bibir yang tergigit menahan rasa geli.

Karena vagina Siti sudah basah maka dengan mudah penis silikon tadi menembus masuk lubang vaginanya hingga pangkal penis silikon dimana terdapat dua cabang untuk merangsang klitoris dan anusnya.

Gerakkan penis silikon tadi semakin kami percepat hingga batas maksimal.

Sambil kami tarik keluar masuk didalam vagina Siti.

Hal ini semakin membuat Siti berteriak teriak tidak karuan menahan rasa geli yang luar biasa pada vaginanya.

Lama kami mempermainkan vagina Siti dengan penis silikon sesekali Siti diposisikan menungging, sesekali kami papah Siti untuk berdiri, sesekali kami papah Siti sambil berjalan dengan penis silikon yang tertancap dalam vaginanya.

Kami pindah-pindahkan Siti diberbagai sudut tempat dalam rumahnya.

Terkadang kami posisikan di berdiri dengan kaki mengangkang dan tangan berpegangan pada rangka pintu kamar tidurnya, pada pintu kamar mandi, pada pintu dapur.

Sesekali Siti kami suruh melihat keluar dari jendela kamar, jendela dapur dengan tetap kami tancapkan penis silikon di vaginanya.

Kadang kaki Siti, kami angkat satu seperti seekor anjing yang sedang kencing dan penis silikon tadi terus kami gerak-gerakkan dan vaginanya.

Semua posisi dan tempat kami coba untuk merangsang vagina Siti dengan penis silikon.

Dan dalam keadaan seperti itu tangan kami tidak berhenti merayap diseluruh bagian tubuh Siti.

Terlihat kulit Siti yang mulus memerah karena remasan dan cubitan tangan dan jari kami.

Pada suatu saat dimana Siti dalam posisi berdiri di pintu kamarnya dan sedang merasakan penis silikon yang kami masukkan kedalam vaginanya, tiba-tiba terdengar HP miliknya yang terletak diatas meja riasnya berbunyi, tanda ada panggilan.

Setengah terkejut Siti coba mengambil HP tadi tapi kami tahan dan Andi berinisitai untuk mengambilkan.

Terlihat dilayar HP muncul tulisan “PAPA”, tanda suaminya menghubungi.

Tampak raut bingung Siti, tapi kami menyarankan untuk tetap diterima tapi kami tidak menghentikan rangsangan menggunakan penis silikon pada vagina Siti.

Dan dengan ragu Siti menerima panggilan dari suaminya.

Siti berusaha berbicara dengan nada suara seperti biasa sambil menahan rasa geli kenikmatan di bagian vaginanya.

Kami terus saja menjamah tubuh Siti yang telanjang.

Dan Siti berusaha bersuara seperti tidak terjadi apa apa pada dirinya.

Terdengar diujung sana suaminya menanyakan keadaan dan sedang apa sekarang.

Dijawab Siti “baik dan sedang sendiri”.

Pembicaraan yang berlangsung tidak lebih dari 3 menit itu berakhir dengan kabar bahwa suaminya akan pulang setelah tanggal 17 Agustus 2009.

Setelah terdengar suara “sun sayang dan hati-hati dirumah” panggilan itupun ditutup dengan sebelumnya saling kecup diujung HP.

Kami meneruskan menggarap tubuh telanjang Siti.

Setiap kami pindahkan Siti kebagian lain dari rumahnya, penis silikon tetap tertancap dalam vaginanya sambil terus kami gerak-gerakkan.

Lama-lama Siti semakin tidak kuat dan lemas, tubuhnya melorot meski sudah kami tahan utnuk tetap berdiri.

Akhirnya tubuh telanjang Siti, kami angkat keatas meja makan.

Kami berempat mengelilinginya.

Karena Siti kehausan, Aris mengambilkan segelas air putih yang sengaja diberi obat perangsang berbentuk cairan dan dicampurkan dalam air.

Obat perangsang yang sengaja kami maksudkan untuk meningkatkan gairah seks atau libido Siti.

Obat perangsang yang tidak berbau, tidak memiliki rasa dan warna sehingga Siti tidak menyadari ketika kami beri minuman yang sudah diberi obat perangsang tadi.

Air dalam gelas tadi lamngsung diminum habis tanpa sisa oleh Siti yang memang kehausan.

Dengan tubuh terlentang tak berdaya dan seperti pasrah tangan dan kaki Siti terkulai lemas dipinggir bibir meja makan rumahnya.

Dengan nafas yang tak teratur karena kecapaian.

Tapi kami berempat tidak menghentikan aksi kami menjamah tubuh telanjang Siti yang terlentang diatas meja.

Dengan memperlebar rentang kaki Siti terlihat dia seperti pasrah mau diperlakukan seperti apa, sekali lagi aku oleskan lotion perangsang ke vagina Siti.

Dan obat perangsang yang telah diminumnya mulai bekerja ketika vagina yang telah basah dengan lotion dan cairan yang keluar dari vaginyanya secara bergantian kami masukkan pisang yang terbungkus kondom berduri mutiara dan penis silikon kedalam vagina Siti.

Berempat kami memegangi tubuh Siti yang berulang kali mengejang mengeluarkan cairan kenikmatan dari vaginanya.

Kami lihat jam menunjukkan pukul 3 sore.

Kami masih menyalurkan fantasi kami menyaksikan tubuh telanjang Siti yang berwajah mirip dengan host Yuanita Christiani, mengerang erang menahan kenikmatan karena rangsangan.

Dan kami masih belum ingin menggunakan penis kami masing-masing.

Akhirnya karena kelelahan Siti tertidur diatas meja makan.

Dan kesempatan ini tidak kami sia-siakan untuk mengabadikan tubuh telanjangnya dengan kamera digital ataupun kamera HP yang kami bawa.

Seluruh bagian tubuh Siti, kami potret close up tanpa bagian yang tertinggal.

Dan kami coba sepakat untuk menyimpannya secara rahasia.

Sambil menunggu tubuh Siti yang terlentang telanjang bulat diatas meja makan, kami sesekali duduk duduk di ruang tamu.

Hampir setengah jam kemudian Siti bangun.

Dan dengan masih telanjang bulat dia menemui kami di ruang tamu.

Sambil bersikap seperti menerima tamu dengan berpakaian lengkap meskipun saat itu dia tidak mengenakan sehelai benangpun yang menutup tubuhnya, Siti menemui dan berbincang dengan kami diruang tamu.

Dan dengan bergantian kami memeluk dan memangku Siti sambil terus membuatnya terangsang.

Sesekali kami menggunakan jari dan tangan kami merangsang vaginanya dan meremas payudaranya yang semakin memerah karena remasan.

Sesekali kami gunakan kondom berduri mutiara dan penis silikon.

Kami senang ketika Siti mengerang-erang menahan rasa nikmat.

Siti juga kami suruh untuk bermartubasi didepan kami memakai tangannya sendiri atau menggunakan kondom berduri mutiara atau penis silikon.

Berkali-kali Siti mencapai puncak kenikmatan.

Dan berkali-kali cairan keluar dari dalam vaginanya.

Akhirnya kami sepakat untuk menikmati tubuh Siti menggunakan penis kami masing-masing.

Dengan peraturan, Siti harus melayaninya dimana tempat yang kami kehendaki.

Mendapat giliran pertama adalah aku yang ingin dilayani dipintu masuk kamar tidurnya dimana ditempat itu biasanya Siti dan suaminya melakukan hubungan badan.

Disini aku tidak perlu menjelaskan bagaimana kami menikmati vagina Siti karena aku yakin pembaca paham dan tahu bagaimana ketika penis bertemu dengan vagina.

Setelah aku, giliran Wawan berikutnya yang minta dilayani Siti di dapurnya dengan fantasi ketika Siti sedang memasak.

Dan dengan keadaan seperti sedang memasak Siti pun melayani Wawan.

Lengkap sambil Siti menggoreng telur untuk makan kami nanti.

Setelah Wawan dilanjutkan Aris yang minta dilayani diatas sepeda motor Mio milik Siti.

Kemudian terakhir adalah Andi yang minta dilayani tubuh telanjang Siti diruang tamu sambil ditonton kami bertiga.

Berbagai gaya dan posisi harus dilakukan oleh Siti ketika melayani kami.

Kejadian ini berkahir menjelang pukul 6 sore ketika keadaan diluar mulai gelap dan udara semakin tersa dingin menusuk tulang.

Dan untuk terakhir kalinya, Siti melayani kami secara bersamaan.

Dimulai dengan posisi tidur terlentang dan kaki yang terbuka lebar, secara bergantian dan gerak cepat tanpa henti, kami memompakan penis kami kedalam vagina Siti.

Tiap-tiap penis kami pompakan selama tidak lebih dari satu menit dan langsung dilanjutkan denganpenis yang lain dan ini membuat Siti memekik menahan ketika dengan cepat empat penis secara bergantian dan cepat keluar masuk dalam vaginanya.

Setelah terlentang, Siti diposisikan doggy style dan kami masih melakukan hal yang sama.

Dan kami coba posisi posisi yang lain juga.

Dan setiap Siti mencapai puncak dengan teriakan agar kami menghentikan dulu gempuran penis kami, kami tetap terus melancarkan serangan penis kami hingga Siti kewalahan.

Hal itu kami lakukan terus tanpa henti hingga setengah jam.

Entah berapa kali cairan puncak kenikmatan sudah keluar dari vagina Siti dan membasahi vaginanya.

Semua berakhir ketika kami secara bergantian mengeluarkan sperma dan memuncratkannya disekujur tubuh dan muka serta mulut Siti.

Semua berakhir dengan rasa capai yang luar biasa.

Lebih-lebih Siti yang sudah tidak kuasa lagi untuk bergerak.

Dan terlentang lunglai di lantai ruang tamu.

Satu minggu kemudian terjadi penyerbuan Densus 88 kesarang teroris di Temanggung, disebuah desa yang berjalan sekitar 5 km dari desa tempat tinggal Siti.

Penyerbuan Siti berlanjut dengan penyerbuan teroris.