Monday, December 6, 2010

Cerita Seks Online – Pantylover


Cerita ini terjadi akhir desember yang lalu, ini adalah sebagian benar adanya walaupun untuk nama dan beberapa hal lain sudah disamarkan. Aku hanya berniat berbagi cerita dengan teman teman semuanya. Kalau ada di antara teman-teman yang menganggap aku aneh dengan apa yang akan aku ceritakan, lebih baik jangan membacanya karena kisah ini mengandung unsur-unsur yang tidak umum dan prilaku aneh (mungkin) dan tidak sebaiknya dibaca oleh orang dibawah 17 tahun.


Aku adalah seorang mahasiswa semester 3 di sebuah perguruan tinggi swasta di kota B. Sudah 2 tahun belakangan ini aku kost disebuah rumah deket kampus. Ditempat kostku dengan puluhan kamar dan bercampur pria dan wanita membuatku sangat betah tinggal di tempat ini. Apalagi aku cukup akrab dengan teman-teman wanita di kost, jadi mereka tidak pernah menaruh curiga terhadap kelakuanku yang aneh di belakang mereka. Setidaknya begitulah yang aku harapkan.


Tetapi bukan kisah di kostku yang akan aku ceritakan, karena kisah ini terjadi di rumah Mbak Dewi. Aku memanggilnya Mbak karena dia adalah istri tetanggaku di kotaku, dan aku cukup akrab dengan Mas Andi. Mas Andi sering memanggilku untuk datang ke rumahnya, kalau ada hal hal yang memerlukan bantuanku, ngebenarin genteng, mindahin lemari dan hal hal semacam itu. Mereka cukup baik kepadaku. Hanya mereka belum dikaruniai momongan. Dari yang kutahu dari Mas Andi adalah mereka memang sengaja belum mempunyai anak karena mereka sama sama sibuk, Mas Andi bekerja di salah satu konsultan engineering dan setahun belakangan ini ditempatkan di luar pulau, membuat dia jarang pulang kerumah, sementara Mbak Dewi sebagai akuntan di salah satu garmen membuatnya selalu sibuk.


Kehidupan mereka cukup mapan. Dirumah mereka di salah satu komplek cukup terkenal hanya ditemani seorang pembantu, Bik Lastri. Karena alasan inilah Mas Andi jadi sering menyuruhku main ke rumahnya disaat dia sedang berada diluar kota, kadang Mbak Dewi sendiri yang nelpon aku nyuruh kerumah, ngebenarin komputer, nungguin rumah dan lain lain. Seperti saat itu, hari jumat, aku lagi males-malesan dikamar kost ketika Mbak Dewi nelpon dari kantornya, katanya komputernya rusak dan nyuruh aku kerumahnya. Dengan senang hati aku berangkat kerumahnya dan mendapati Lastri sedang bersih bersih halaman. Setelah basa basi sedikit dengan Lastri aku langsung masuk dan menuju kamar Mbak Dewi.


Harum kamar Mbak Dewi menyambutku di kamarnya, wow.. benar benar terasa lembut di penciumanku. Aku memperhatikan isi kamarnya, ditata sangat rapi, tidak ada barang-barang yang berantakan, semua berada pada tempatnya. Sambil menunggu komputernya nyala aku menuju kamar mandi dikamarnya, ini adalah hal yang selalu aku lakukan setiap kali ke rumahnya. Biasanya kalau ada Mbak Dewi atau Mas Andi aku pura pura ingin kencing atau cuci muka agar bisa masuk kamar mandi. Dan kalau aku beruntung aku akan menemukan tumpukan pakian kotor dalam keranjang di kamar mandi yang belum sempet diberesin Lastri. Tampaknya hari ini aku tidak beruntung karena ketika aku buka pintu dan mataku menuju keranjang ternyata kosong, mungkin sudah diambil sama pembantunya.


Hampir aku menutup kembali pintu dan meneruskan pekerjaanku ketika secara tidak sengaja saat aku buka pintu dari atas gantungan dibelakanga pintu jatuh sebuah daster biru muda. Wow.. Aku bersorak dalam hati, ternyata aku masih beruntung hari ini, aku memungut daster yang jatuh dari lantai. Jantungku langsung berdetak kencang saat aku memegangnya dan mendekatkan ke hidungku, ugh.. aku menciumnya, aromanya benar benar khas. Aku tidak akan pernah lupa aroma itu. Bahan daster yang lembut aku tempelkan ke wajahku. Ah.. aku benar benar menikmatinya.


Hal ini benar benar membuat gairahku memuncak. Dan alangkah senang hatiku ketika mengetahui bahwa digantungan itu bukan hanya daster tapi sepasang bra dan CD. Dengan pura pura jongkok dikamar mandi, aku menyimpan kembali daster itu di gantungan dan aku ambil CD warna merah berenda dari gantungan.


Uch..


Memandangnya saja membuat adikku gemeteran, aku tidak tahu bahannya terbuat dari apa, tapi saat disentuh itu sangat halus dan lembut. Aku memandangi CD itu dengan seksama, masih bersih banget, saat aku melihat di bagian tengahnya, aku tidak menemukan warna lain. Aku mencium CD itu dan menghirup aromanya. Dan aroma itu benar-benar masuk ke otakku dan mengalir ke aliran darahku. Aku konak banget saat itu. Aku menciumi CD Mbak Dewi sambil remes-remes adikku. Aku memasukkan CD itu ke kepalaku dan memandang wajahku di cermin besar disampingku, wow..


Aku benar benar menikmati saat saat itu. Inilah yang aku sebut perilaku aneh pada diriku, aku sangat horny saat berhadapan dengan daleman wanita, terutama yang sexy, bahkan kalau di kost, aku sering mengambil jemuran teman wanita dan membawanya ke kamar dan menikmatinya di kamar, kadang aku memakainya dan bermasturbasi dengan CD itu. Saat aku memakainya, terasa sangat lembut di kulitku dan kelembutan itu mengalir dalam darahku membuat aku horny. Bahkan tidak jarang dengan tidak membuka CDnya aku bermasturbasi dan membiarkan adikku muncrat di CD itu dan kemudian menyimpannya kembali di jemuran.


Hal ini sudah berlangsung sejak aku kuliah. Mungkin ini adalah salah satu perilaku aneh, tapi bagiku ini adalah suatu kenikmatan, dan aku tidak menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan, tetapi hanya kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan inilah kadang aku harus “meminjam” punya teman-teman cewekku sekalipun dari jemuran. Bahkan aku pernah mencuri daleman Mbak Dewi dari kamarnya dan menyimpannya di kamarku. Dengan CD Mbak Dewi aku selalu berfantasi sambil bermasturbasi dikamarku saat libidoku sedang tinggi.


Sadar bahwa Lastri ada diluar, buru buru aku menenangkan diri dan menyimpan kembali daleman itu pada tempatnya dan pura pura siram WC seolah olah aku habis pake kamar kecil. Dengan raut wajah sebiasa mungkin aku keluar dari kamar dan ngelongok dari jendela, ternyata Lastri Masih aktif dengan pekerjaannya. Aku kembali Masuk kamar dan mulai otak atik komputernya Mbak Dewi, tapi dari yang aku tahu, ternyata komputernya baik-baik aja kok, tidak ada masalah apa-apa, semuanya beres.


“Mbak Dewi, komputernya ngga apa apa kok Mbak, bagus kok.”


“O gitu ya Her, syukurlah kalau bagus, tapi tolong dilihat hardisknya Her, kayaknya kepenuhan deh.”


“Emang diisi apa Mbak, sampe penuh?”


“Nggak tahu juga, tapi tadi malam pas Mbak pake, kayaknya penuh deh, coba kamu check aja dulu, nanti Mbak telpon lagi, ok.”


Suara Mbak Dewi dari seberang sana dan aku menutup telpon. Saat hendak kembali ke kamarnya Mbak Dewi, aku memperhatikan Lastri yang berada di lantai atas, aku buru buru masuk kamar dan langsung ke kamar mandi, dan kembali dengan ‘privat pleasure’ku. Aku kembali mengambil CD Mbak Dewi dan mengusap-usapnya ke wajahku, juga branya, aku ciumin berulang ulang, benar benar memberi kenikmatan kepadaku. Setelah merasa cukup puas aku simpan dan kembali dengan pekerjaanku.


Aku meng explore komputernya Mbak Dewi dan ngechek isi hardisknya, masih sangat banyak sebenarnya space yang kosong. Jadi tidak ada alasan untuk penuh. Iseng-iseng aku list file yang berukuran paling gede, ah.. ternyata ada file music.dat berukuran 600-an mega. Dari nama file dan extensionnya kepalaku langsung tertuju kalau itu adalah movie. Soalnya selama ini di kost kalau nyetel bokep, nama filenya kayak gitu-gitu juga. Dengan media player aku coba kepenasaranku, dan.. ternyata benar!


Tampilan awalnya yang warning dengan fbi segala membuat aku langsung yakin bahwa itu adalah bokep, dan saat aku memforwardnya, itu memang benar benar bokep, asli bokep. Jadi deh nonton bokep dulu, aku kunci kamar dari dalam dan mulai menikmati suguhan film itu, adegannya engga ada yang aneh sebenarnya, seperti biasa aja, tapi mungkin karena situasi dan kondisi yang membuatku sangat konak saat menikmati film itu. Setelah yakin pintu terkunci, aku kembali ambil CD dan bra Mbak Dewi dari kamar mandi, dan aku duduk sambil pelorotin celanaku, aku menikmati bokep itu sambil usap usap adikku dengan memakai CD dan bra Mbak Dewi. Semakin lama rasanya semakin deket aja adikku, sudah terasa hangat banget, mungkin karena gesekan bahan CD yang sangat halus membuat adikku engga kuat berlama lama. Aku sudah berpikir untuk mengeluarkannya di kamar mandi, ketika tiba tiba kring telpon di luar mengagetkan aku setengah mati. Aku langsung lompat ke kamar mandi simpan daleman Mbak Dewi dan pake kembali celanaku.


Kemudian terima telpon walaupun napas Masih belum teratur.


“Gimana Her, udeh di check semuanya?, ada yang rusak engga?” suara Mbak Dewi terdenger merdu sekali di telingaku.


“Enggak kok Mbak, udeh di check semua, tapi emang ada satu file yang gede banget, tapi itu enggak mengganggu kok, jadi engga usah dihapus, biarin aja, hardisknya masih banyak kok, Mbak tidak akan terganggu, sekarang udah baik lagi kok komputernya” aku mencoba menjelaskan dengan terbata-bata.


“File apaan bisa gede banget Her, Mbak nggak pernah nyimpen file yang gede kok?” Mbak Dewi ingin tahu.


“Ada movie di hardisknya Mbak, tapi kalau mau dihapus juga enggak apa apa kok” aku agak gugup juga.


“Movie apaan Her, kok bisa, gini aja Her, kalau kamu mau pulang, pulang aja dulu, nanti malam dateng lagi ya, kalau mau makan, makan aja dulu.”


Lega hatiku saat menutup telpon. Sekalipun aku sering mencuri CD Mbak Dewi, aku sangat menaruh hormat kepadanya, aku selalu bersikap sopan kepadanya, tidak pernah aku memikirkan hal yang bukan bukan tentang dia kecuali saat aku berfantasi dengan CDnya. Selain dari itu aku sangat menghormatinya sebagai orang yang lebih tua dariku. Juga sebagai orang yang sering berbuat baik kepadaku, tidak sepantasnya aku berpikir yang bukan-bukan tentang dia. Dan setelah ngeberesin kembali komputernya dan pamit ke Lastri aku siap pulang. Aku tidak tahu apakah selama ini Mbak Lastri tahu atau tidak atas kelakuanku ini, tetapi dari yang aku tahu tidak pernah tahu kok, karena setiap aku beraksi aku selalu kembali menyimpannya pada tempatnya, kecuali CDnya yang pernah aku curi 2 biji dari lemarinya, mungkin dia nyari-nyari, tapi banyak sekali kok koleksi CDnya, bagus bagus lagi, masa dicariin hilang 2 biji. Jangan jangan dia sudah lupa malah.


Jam 7 tepat aku sudah ada di rumah Mbak Dewi lagi. Aku diajak makan malam, minum kopi dan ngerokok bareng, ngobrol tentang kuliahku dan macam-macam hal lainnya. Mbak Dewi terlihat cantik seperti hari biasanya, dengan pakian santai dirumah, kaos oblong dan celana pendek gombrang, tetap tidak menghilangkan pesona di wajahnya. Tetapi seperti yang aku sebutkan diatas, aku selalu berusaha menaruh hormat kepada Mbak Dewi, aku selalu mencoba bersikap seolah tidak ada apa apa.


“Mau lagi kopinya her?” kata Mbak Dewi sambil ngembusin asap rokoknya ke arahku.


“Enggak Mbak, nanti aja lagi” aku agak kikuk.


“Komputernya gimana Her, coba diperiksa lagi yuk, file apaan sih yang gede, jangan-jangan nanti malah ngerusak lagi.”


“Eh, iya iya Mbak” aku beranjak mengikut Mbak Dewi ke kamarnya.


“Coba idupin aja dulu” katanya menyuruhku duduk di depan komputer, sementara dia masuk ke kamar mandi di kamarnya.


Selama ini aku belum pernah berduaan di kamarnya dengan Mbak Dewi, kalaupun berdua itu bukan malam-malam seperti ini. Terdengar suara cipratan air dari dalam kamar mandi, aku bertanya tanya, sedang apa yah Mbak Dewi di dalam. Tapi aku menepiskan pikiran seperti itu. Aku ingat bawah tadi sore aku menikmati CDnya di kamar mandi, jangan-jangan dia tahu kegiatanku tadi. Tidak lama kemudian Mbak Dewi keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk gede,


“Kamu keluar dulu, Mbak mau ganti pakaian dulu.”


Aku sempet ngelirik tubuh Mbak Dewi yang putih mulus, wanginya menggairahkan sekali saat dia keluar dari kamar mandi. Aku kemudian ikut nonton tivi di ruang keluarga bersama Lastri, kemudian nyusul Mbak Dewi dengan daster yang tadi sore ada di kamar mandi. Kami nonton tivi bertiga sambil ngobrol.


Kemudian Mbak Dewi berkata, “Her, coba lihat dulu komputernya, apanya sih yang bikin hardisk penuh, entar kamu kemalaman pulangnya.”


Aku Masuk lagi kekamarnya dan duduk di depan komputernya, aku enggak tahu mau ngelakuin apa, aku hanya buka explorer dan hanya lihat-lihat file yang tidak akan mengubah apa apa. Saat itu aku ingat lagi “privat pleasure”ku, dan dengan perlahan lahan sekali aku menuju kamar mandi, jantungku berdegup tidak karuan ketika didalam aku menemukan sepasang lagi daleman Mbak Dewi yang baru diganti saat dia selesai mandi. Aku sangat gemeteran saat itu, aku cium tanpa menyentuhnya, dan menjilati bagian bagian CDnya, ahh fresh banget.. adikku ngaceng banget saat itu.


Tidak puas tanpa merabanya, aku mengambil CD itu dan memasukkannya ke dalam kepalaku jadi tepat belahan tengahnya berada di mulutku, aku melihat diriku di cermin aku terangsang banget saat itu, takut aksiku ketahuan, karena ini benar benar nekat, aku keluar dari kamar mandi dan kembali duduk di depan komputer. Nafasku masih tidak teratur sama sekali, aku gemeteran. Aku otak atik lagi komputernya, pura-pura ada yang tidak beres. Kira-kira setengah jam kemudian, aku mendengar langkah kaki menuju kamar, aku tahu itu pasti Mbak Dewi, jantungku makin kencang, “File apaan sih Her, yang gede?” kata Mbak Dewi setelah duduk di deket aku “coba lihat movie apaan sih.”


Aku sangat kikuk saat itu, tapi aku tetap harus memberitahunya.


“Ini Mbak, sama Mbak Dewi aja dilihatnya yah, malu” aku tahu saat itu mukaku pasti memerah. Aku mempersilakan Mbak Dewi duduk di tempatku, tapi dia malah masuk ke dalam kamar mandi, aku kaget sekali, aku takut aksiku tadi ketahuan sama dia. Kedengerannya dia hanya cuci tangan, kemudian keluar lagi.


“Mana Her, coba Mbak mau lihat,” katanya.


Aku buka media player dan movienya pun berjalan.


“Film apaan sih Her, kamu dapet darimana,” nadanya tegas ketika adegan bungil itu mulai berlangsung.


“Enggak tahu Mbak, tapi emang ada di komputer Mbak Dewi,” aku gugup sekali saat menjawabnya.


“Ah yang benar..” Mbak Dewi senyum ke arahku dan kembali menikmati film itu.


Saat itu aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apalagi ketika tiba tiba Mbak Dewi berkata, “Kamu nggak usah pura-pura Her, Mbak Dewi tahu kok, kelakuan kamu selama ini, Mbak kehilangan CD, Mbak tahu kamu yang ambil, Mbak simpan di kamar mandi, begitu Mbak lihat lagi, posisinya udeh berganti, siapa lagi kalau bukan kamu?”


Hah.. panas terasa ke seluruh tubuhku, malu banget rasanya.


TAMAT